Tanpa Perang Pertumpahan Darah, Mochtar Kusumaatmadja Membuat Luas Indonesia Dua Kali Lipat

Tanpa Perang Pertumpahan Darah, Mochtar Kusumaatmadja Membuat Luas Indonesia Dua Kali Lipat Dahlan Iskan

Sarwono sendiri kini berumur 77 tahun. Bicaranya masih tangkas. "Pak Sarwono terlihat sehat sekali," kata saya mendengar nada bicaranya yang tetap tangkas.

"Saya ini OTG," jawabnya.

Saya sempat terpancing oleh singkatan itu.

"Saya juga OTG. Januari lalu," kata saya.

Ternyata OTG yang ia maksud berbeda dengan OTG yang ada di pikiran saya.

"Saya itu Orang Tua Gembira," tukasnya.

Kami pun tertawa.

Berbeda dengan masa kecil Mochtar, Sarwono kecil dianggap sebagai anak kurang normal. "Dokter mengatakan saya punya kelemahan syaraf motorik. Jangan terlalu banyak diharap," ujar Sarwono mengenang masa kecilnya.

Dari gaya jalan kakinya saja sudah terlihat kelihatan tidak normal. "Banyak yang mengkhawatirkan saya," katanya. Terutama kalau lagi jalan kaki berangkat sekolah.

"Tidak ada yang takut saya akan ditabrak mobil, justru saya yang dikhawatirkan akan menabrak mobil," ujarnya.

Tapi pamannya melihat lain. Sarwono kecil itu dinilai punya banyak kelebihan. Hanya saja belum tahu di bidang apa kelebihan itu.

Maka ketika sang paman bertugas sebagai duta besar di Yugoslavia, Sarwono dibawa ke Eropa. Di umurnya yang 13 tahun.

Bahkan sang paman kemudian menyekolahkan Sarwono ke Inggris.

"Dari sama sekali tidak bisa bahasa Inggris menjadi lulus terbaik," katanya.

Itu untuk tingkat SMP. Lalu Sarwono masuk SMA Katolik di Jakarta. Setelah itu masuk perguruan tinggi terbaik, ITB.

Di kampus Sarwono aktif di gerakan mahasiswa. Jadilah tokoh mahasiswa. Lalu jadi politikus.

Sarwono pun akhirnya menjadi menteri. Tiga kali pula: Menteri Kelautan, Menteri Lingkungan Hidup, dan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara.

Mochtar Kusumaatmadja sendiri juga tiga kali menjadi menteri. Yakni Menteri Kehakiman dan dua kali Menteri Luar Negeri.

Keluarga ini memang ''keluarga Menteri''. Putri Pak Mochtar, Prof Dr Armida Alisjahbana adalah Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas. Di era Presiden SBY. Satu angkatan dengan saya.

Tentu banyak yang kaget ketika nama Pak Mochtar tiba-tiba muncul di media: meninggal dunia Ahad lalu. Beliau memang sudah sangat lama tidak ''beredar'' di pemberitaan. Yakni sejak beliau sakit: 1999.

"Awalnya beliau kebanyakan obat," ujar Sarwono.

Dokter berikutnya lantas mengurangi obat. Tinggal dua jenis saja. Beliau pun sehat kembali. Tapi sudah terlambat. Beliau memang masih bisa berpikir, berbicara, dan mendengarkan, tapi tidak bisa lagi bicara.

Beliau juga bisa bergerak tapi lebih banyak di kursi roda.

Hampir 20 tahun Pak Mochtar dalam keadaan seperti itu. Mirip sekali dengan bos saya dulu, yang juga Bendahara Umum DPP Golkar: Eric Samola. Dari kebanyakan obat menjadi seperti itu.

Pak Mochtar akhirnya meninggal dunia. Dari jasa-jasanya pada negara tentu harus sekali Pak Mochtar Kusumaatmadja menjadi pahlawan nasional. (*)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO