Oleh: Dr. KH. A Musta'in Syafi'ie M.Ag*
89. Tsumma atba’a sababaan
Baca Juga: Tafsir Al-Anbiya' 78-79: Life Begins at Fourty
Kemudian, dia mengikuti suatu jalan (yang lain).
90. Hattaa idzaa balagha mathli’a alsysyamsi wajadahaa tathlu’u ‘alaa qawmin lam naj’al lahum min duunihaa sitraan
Hingga ketika sampai di posisi terbitnya matahari (arah timur), dia mendapatinya terbit pada suatu kaum yang tidak Kami buatkan suatu pelindung bagi mereka dari (cahaya) matahari itu.
Baca Juga: Tafsir Al-Anbiya' 78-79: Teori Shalahiyah dan Ashlahiyah pada Putusan MK Terkait Batas Usia
91. Kadzaalika waqad ahathnaa bimaa ladayhi khubraan
Demikianlah (kisahnya). Sungguh, Kami mengetahui segala sesuatu yang ada padanya (Zulqarnain).
Baca Juga: Profil HARIAN BANGSA, Koran Lokal Jawa Timur, Kiai Jadi Pelanggan Setia Sejak Terbit Perdana
TAFSIR AKTUAL
“Tsumma atba’a sababa” (89). Ayat pendek ini mengawali kisah blusukan Raja Dzu al-Qarnain yang kedua setelah selesai melakukan blusukan pertama seperti ditutur sebelumnya. Namun kata antaranya berbeda. Pada blusukan pertama menggunakan kata sambung “Fa” sedangkan pada blusukan kedua ini pakai kata sambung “tsumm”.
Soal makna “sababa” sudah jelas, yakni kesiapan semua piranti, semua yang dibutuhkan dalam blusukan itu sudah siap, baik fisis maupun nonfisis. Pakai “fa” (langsung) pada blusukan pertama karena Tuhan sudah memberinya kelengkapan, baik “tamkin” maupun “sabab” seperti dijelaskan pada ayat sebelumnya (84), maka langsung melaksanakan tugas dan tidak menunda-nunda.
Baca Juga: Tafsir Al-Anbiya' 78-79: Tentukan Hak Asuh, Nabi Sulaiman Hendak Potong Bayi Pakai Golok
Tidak sama dengan ayat ini, Tuhan menggunakan kata sambung “Tsumm” yang artinya “kemudian, lalu, selanjutnya”, menunjukkan ada jeda waktu antara aktivitas pertama dan aktivitas berikutnya.
Setelah melakukan pekerjaan besar, maka Dzu al-Qarnain istirahat sejenak. Tentu bukan untuk enak-enakan, melainkan memanfaatkan waktu rileks tersebut untuk hal-hal yang terbaik: menghimpun tenaga, relaksasi, dan tidak kalah penting adalah mengevaluasi aktivitas yang baru dikerjakan bersama.
Itu artinya, sebuah isyarat, bahwa mengevaluasi aktivitas itu hendaknya dilakukan pada waktu yang sangat santai. Makanya, banyak di antara pejabat atau pengurus lembaga yang memilih tempat workshop, rapat evaluasi di hotel-hotel atau di mana saja yang tenang dan nyaman agar hasil maksimal.
Baca Juga: Tafsir Al-Anbiya' 78-79: Panduan dari Nabi Daud dan Nabi Sulaiman untuk Memutus Kasus Perdata
*Dr. KH. A Musta'in Syafi'ie M.Ag adalah Mufassir, Pengasuh Rubrik Tafsir Alquran Aktual HARIAN BANGSA, dan Pengasuh Pondok Pesantren Madrasatul Qur’an (MQ), Tebuireng, Jombang.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News