Teguhkan Qonun Asasi NU, Kiai Jawa-Madura, NTB-Bali Kumpul di PP Asembagus Situbondo

Teguhkan Qonun Asasi NU, Kiai Jawa-Madura, NTB-Bali  Kumpul di PP Asembagus Situbondo KH Muhyiddin Abusshomad saat memberi sambutan dalam acara Sarasehan Nasional di Pesantren Salafiyah Syafiiyah Sukorejo Asembagus Situbondo Jawa Timur. Foto: bangsaonline.com

SITUBONDO - BANGSAONLINE.com - Pondok Pesantren Salafiyah Syafiiyah Sukorejo Asembagus Situbondo Jawa Timur dikenal sebagai salah satu poros Nahdlatul Ulama (NU). Maklum, pesantren yang didirikan KH Syamsul Arifin yang kemudian diasuh oleh puteranya, RKH As’ad Syamsul Arifin ini punya peran penting dalam sejarah NU.

Kiai As’ad Syamsul Arifin disebut-sebut sebagai penyampai pesan (Isyarah) yang berupa tongkat disertai ayat al-Qur'an dari Syaikhona Kholil bin Abdul Latif Bangkalan untuk Hadratussyaikh Hasyim Asy'ari Tebuireng Jombang , yang merupakan cikal bakal berdirinya Nahdlatul Ulama.

Pada tahun 1984 Pesantren Salafiyah Syafiiyah Asembagus Situbondo juga ditempati Muktamar NU ke-27 yang menghasilkan duet kepemimpinan KH Ahmad Shiddiq sebagai Rais Am dan KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) sebagai ketua umum PBNU. Dua tokoh besar NU ini terpilih lewat sistem Ahlul Halli Wal-Aqdi (Ahwa) yang dikomandani Kiai As’ad Syamsul Arifin dan para kiai wirai lain yang secara integritas moral terkenal sangat tinggi.

Saat itu NU mengalami situasi darurat (emergency) karena pemerintah Indonesia sedang butuh NU untuk menyelamatkan Pancasila yaitu sebagai asas tunggal, sementara NU sendiri berada dalam kekuatan politisi yang sulit diarahkan oleh para kiai. KH Idham Chalid sebagai ketua umum PBNU sangat kuat didukung PCNU dan PWNU sehingga para kiai sulit untuk mereformasi NU. Akhirnya para kiai sepuh yang terdiri dari RKH As’ad Syamsul Arifin, KH Mahrus Aly, KH Ali Masjkur, KH Ali Maksum, KH Ahmad Shiddiq dan kiai-kiai kharismatik lainnya sepakat untuk mengambil alih NU melalui Ahwa.

Namun sebelum mengambil alih lewat Muktamar NU, para kiai kharismatik itu menggelar Munas Alim Ulama. Jadi lewat prosedur organisasi secara benar. Saat itu kiai-kiai sepuh masih lengkap sehingga jika mereka berkumpul dan bermusyawarah warga NU dan kiai-kiai yang lain tunduk sam’an wata’atan.

Begitu proses dan prosedur organisasi selesai, maka ditunjuklah KHA Hasyim Muzadi sebagai ketua Panitia Muktamar NU ke-27 di Pesantren Salafiyah Syaifiiyah Sukorejo Asembagus Situbondo.

Jadi ada tiga poros penting NU di Jawa Timur. Yaitu Bangkalan (Syaikhona Kholil bin Abdul Latif), Situbondo (RKH As’ad Syamsul Arifin) dan Tebuireng (Hadratussyaikh Hasyim Asy’ari), disamping Tambak Beras (KH Wahab Chasbullah) dan Denanyar (KH Bisri Syansuri).

Kemarin (Kamis, 21/5/2015) ratusan kiai dari Jawa, Nusa Tenggara Barat (NTB), Bali dan Madura berkumpul di Pesantren Salafiyah Syafiiyah Sukorejo Asembagus Situbondo. Mereka menggelar Sarasehan Nasional bertema Meneguhkan QONUN ASASI sebagai Prinsip Jamiyah Nahdlatul Ulama. Hadir sebagai pembicara KHA Hasyim Muzadi, Pengasuh dua Pondok Pesantren Mahasiswa Al-Hikam Malang dan Depok Jawa Barat. Selain Kiai Hasyim Muzadi tampil KHR Azaim Ibrahimy, pengasuh Pesantren Salafiyah Syafiiyah Sukorejo Asembagus Situbondo dan KH Hasan Basri, mudir Ma’had Aly Sukorejo Asembagus Situbondo.

KH Muhyiddin Abusshomad yang bertindak sebagai pengundang menegaskan bahwa sarasehan nasional ini untuk meneguhkan Qonun Asasi sebagai prinsip Jam’iyah NU. “Kita harus betul-betul berikhtiyar untuk menjaga NU dari serangan paham diluar Ahlussunnah Waljamaah (Aswaja),” tegas Kiai Muhyiddin Abusshomad yang Rais Syuriah PCNU Jember.

Lihat juga video 'Mobil Dihadang Petugas, Caketum PBNU Kiai As'ad Ali dan Kiai Asep Jalan Kaki ke Pembukaan Muktamar':


Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO