Rocky Gerung, Corpu Milik MA dan Hakim Berintegritas Ditakut-Takuti Miskin

Rocky Gerung, Corpu Milik MA dan Hakim Berintegritas Ditakut-Takuti Miskin Dahlan Iskan. Foto: merdeka

Maka diskusi soal integritas sangat dalam malam itu. Demikian juga soal filsafat keadilan. Sampai membahas soal wanita dan keadilan. Terutama karena hukum ini dikuasai laki-laki.

Dulu, kata RG, wanita itu jadi saksi pun tidak bisa. Sampai istilah testimoni pun diambil dari kata testis. "Termasuk mengapa saksi itu harus dua, karena kalau satu bukan testis, bukan buah zakar," ujar RG.

Saya baru tahu dari forum itu: yang melahirkan kecerdasan itu wanita. Bukan laki-laki. Saya juga baru tahu: laki-laki bisa merasakan sakit, tapi hanya wanita yang bisa merasakan penderitaan.

ternyata sangat serius kalau mengajar.

"Saya berani mengundang RG karena saya tahu kalau memberi kuliah beliau tidak memprovokasi," ujar Syamsul.

Syamsul sendiri memang seorang aktivis tulen. Waktu menjadi mahasiswa hukum Universitas Lampung (Unila) ia sudah menerbitkan majalah kampus: Saksi Keadilan. Syamsul menjabat pemimpin redaksi. Majalah itu dibredel. Gara-gara Syamsul menulis: Siapa Bilang Golkar Tidak Curang.

Itu bersamaan dengan dibredelnya majalah kampus UGM yang dipimpin Andi Arief: Sintesa.

Waktu itu Indonesia berulang tahun ke-50. Ultah emas. Sintesa menulis: Indonesia Cemas.

Syamsul juga diincar untuk ditangkap. Tapi intelnya salah: yang akan ditangkap Habiburrahman, yang kini aktivis Gerindra.

Setelah lulus, Syamsul menjadi pengacara. Lurus. Ia memang sempat jadi relawan di YLBHI-nya Adnan Buyung Nasution.

Akhirnya Syamsul jadi . "Saya ingin membahagiakan ayah," ujarnya. Ia menyadari hati ayahnya tidak tenang. Anak bungsu ini selalu dicari petugas keamanan. "Sering ada mobil tidak dikenal parkir di depan rumah," ujar sang ayah kepadanya.

Maka Syamsul ikut tes dan jaksa. Ayahnya senang sekali.

"Lulus?" tanya sang ayah.

"Lulus dua-duanya".

"Anak hebat...".

"Pilih yang mana?" tanya Syamsul pada sang ayah.

"Tanya emakmu," jawab sang ayah.

Syamsul pun bertanya ke sang ibu.

"Hakim..." jawab sang ibu.

Syamsul pun jadi . Tugas pertamanya di Arga Makmur, Bengkulu Utara. Lalu Palopo. Lubuk Linggau. Bengkulu. Rejang Lebong.

Setelah itu ia minta pindah ke kampung halaman: Tanjung Karang, Lampung. "Ayah saya sakit. Stroke. Saya ingin dekat ayah. Merawat beliau," katanya. "Waktu ibu meninggal saya di Palopo. Kali ini saya tidak mau kecolongan lagi," tambahnya.

Dari pengalamannya yang panjang itu Syamsul ingin mendapatkan inspirasi filsafat keadilan. Kalau teknis hukum bisa dipelajari sendiri. Karena itu ia menyelipkan mata kuliah seperti itu di .

Ia ingat waktu mahasiswa hukum. Buku pelajaran sampai semester akhir sudah ia selesaikan di tahun pertama kuliah. Selebihnya ia banyak membaca buku sosiologi dan filsafat. "Kadang saya harus ke gereja untuk membaca buku filsafat di gereja," katanya.

Para itu juga terlihat antusias. "Malam itu kalau RG tidak kelelahan bisa sampai jam 1 atau 2 malam," ujar Syamsul.

Saya pun tahu RG itu ternyata hanya serius untuk dua hal: memberi kuliah dan mendaki gunung. (*)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO