JAKARTA, BANGSAONLINE.com – Inilah fenomena media sosial (medsos). Akibat revolusi digital. Yang melanda dunia dewasa ini. Termasuk Indonesia. Pada satu sisi memudahkan. Tapi pada sisi lain menyesatkan.
Semua orang bisa menulis. Menulis apa saja. Informasi apa saja. Tergantung selera dan kepentingan.
Baca Juga: Kedudukan Pers Sangat Tinggi dalam Undang-Undang, Wartawan Harus jaga Marwah Pers
Konsekuensinya, informasi melimpah. Terutama informasi sampah. Informasi hoax pun merajelela. Merasuki kognitif kita. Tiap hari, bahkan tiap detik.
Celakanya, revolusi digital ini tak seiring dengan perkembangan kualitas mentalitas dan intelektualitas kita. Terutama karena rakyat Indonesia sangat malas baca. Bahkan prosentase masyarakat balas baca ini mencapai 99 %.
Simak saja tulisan Evita Devega di KOMINFO RI (kominfo.go.id) yang mengutip data The United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization (UNESCO). Menurut UNESCO, minat baca rakyat Indonesia sangat rendah. Dalam peringkat literasi dunia, Indonesia menempati urutan kedua dari bawah.
Baca Juga: Khofifah Bangga Kebaya Juga Ditetapkan Sebagai Warisan Budaya Tak Benda oleh Unesco
Bahkan jika kita prosentase, minat baca rakyat Indonesia hanya 0,001 %. Artinya, dari 1.000 orang Indonesia cuma 1 orang yang suka baca. Ini tentu data menyedihkan.
Riset bertajuk World’s Most Literate Nations Ranked yang dilakukan oleh Central Connecticut State Univesity pada Maret 2016 juga menguatkan data UNESCO. Menurut riset itu, Indonesia menduduki peringkat ke-60 dari 61 negara soal minat membaca. Indonesia berada di bawah Thailand (59) dan di atas Bostwana (61). Padahal, dari segi infrastruktur untuk mendukung membaca, Indonesia berada di atas negara-negara Eropa.
Yang menarik, 60 juta penduduk Indonesia memiliki gadget. Bahkan Indonesia menempati urutan ke-5 dunia terbanyak yang warganya memiliki gadget.
Baca Juga: Di Sanggar Kesenian Langen Kusumo Ponorogo, Khofifah Apresiasi Inovasi Pelestarian Reog
Lembaga riset digital marketing Emarketer memperkirakan pada 2018 jumlah pengguna aktif smartphone di Indonesia lebih dari 100 juta orang. Indonesia – dengan demikian - menjadi negara pengguna aktif smartphone terbesar ke-4 di dunia, setelah Cina, India, dan Amerika.
Yang juga menarik, data wearesocial pada Januari 2017 juga mengungkap bahwa orang Indonesia bisa menatap layar gadget kurang lebih 9 jam sehari. Konsekuensinya, kecerewetan rakyat Indonesia di media sosial nangkring di urutan ke-5 dunia.
Ironis sekali. Bangsa sebesar ini ternyata juara cerewetnya, bukan prestasinya.
Baca Juga: Refleksi Hari Literasi Internasional 9-10 September 2024: Menakar Literasi Era Digital
Kota mana paling cerewet? Inilah yang menarik. Ternyata Jakarta kota paling cerewet di media sosial. Maklum, DKI Jakarta paling padat melebihi Tokyo dan New York. Setidaknya, inilah hasil riset Semiocast, sebuah lembaga independen di Paris.
Yang perlu dicermati, para pengguna media sosial itu bukan hanya rakyat jelata yang punya waktu longgar atau pengangguran, tapi juga para pejabat tinggi negara yang sebenarnya tak punya waktu luang karena super sibuk memikirkan kondisi negara dan rakyat. Mulai presiden, menteri, pimpinan partai, ketua DPR, gubernur, bupati, walikota, ketua MPR, anggota DPR, MPR, artis, sangat aktif berkicau di akun Twitter, Instagram dan Facebook. Tiap hari. Bahkan sepanjang hari.
Sehingga mereka terkesan lebih produktif di media sosial atau dunia maya ketimbang kerja kreatif di dunia nyata.
Baca Juga: UNESCO Tetapkan Arsip Pabrik Indarung sebagai MOWCAP
Namun tentu tak semua tokoh nasional atau pejabat sibuk dengan medsos. Masih ada tokoh nasional yang justru memanfaatkan medsos sebagai sarana sosialisasi pemikiran dan gagasan besar atau program kerjanya.
Nah, biasanya tokoh seperti ini tak sibuk komentar. Justeru lebih sibuk membaca. Saya masih ingat sosok almaghfurlah Gus Sholah, adik kandung Gus Dur. Putra pahlawan nasional KH A Wahid Hasyim itu justru membaca semua tulisan yang masuk ke gadgetnya.
Tapi Gus Sholah yang merupakan cucu Hadratussyaikh KH M Hasyim Asy'ari itu jarang sekali berkomentar. Wallahu'alam bisshawab. (M Mas’ud Adnan)
Baca Juga: Warisan Dokumenter P3GI Masuk MOWCAP UNESCO, Pj Gubernur Adhy: Dedikasi Jatim Bagi Bangsa Indonesia
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News