FUZHOU-BANGSAONLINE.com - Empat Gus berkunjung ke Tiongkok. Mereka mendapat rekomendasi dari Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa yang bekerjasama dengan Konsulat China Surabaya. Mereka berangkat ke negara Tiongkok dalam program bertajuk "Jalan Sutra Laut Surabaya-Tiongkok" pada 29 Oktober 2023 dan baru kembali ke tanah air pada 4 November 2023. Mereka adalah Muhammad Ghofirin (Sekjen OPOP), Abdullah Aminuddin Aziz (Warek Unhasy Tebuireng), Muhammad Abid Umar (aktivis Ansor) dan Muhammad Fudholi Noer (Wakil Ketua PCNU Palengaan Pamekasan). Banyak peristiwa menarik terkait aktivitas mereka di negara yang secara ekonomi disebut pesaing AS itu. Apa saja? Simak laporan CEO BANGSAONLINE dan HARIAN BANGSA dari Tiongkok.
Roda pesawat XiamenAir menyentuh aspal Bandara Fuzhou Fujian Tiongkok. Saya melirik jam. Pukul 14.13. Waktu Tiongkok. Berarti di Indonesia, jam menunjukkan pukul 13.13 WIB. Waktu Tiongkok (China) selisih satu jam lebih cepat dari pada waktu Indonesia.
BACA JUGA:
- Gebyar Prestasi Al-Quran Yayasan Khadijah Kembali Digelar, Prof Ridwan: Baca Al-Quran Cerdaskan Otak
- Aktif Dukung Tugas Kepolisian, Khofifah Raih Penghargaan dari Kapolri di HUT ke-78 Bhayangkara
- Harganas 2024, Khofifah: Membangun Keluarga Berkualitas Berikan Pondasi Kokoh untuk Pendidikan
- Khofifah Doakan Indonesia di Tiang Aisyah Jadi Negeri Baldatun Thayyibatun wa Rabbun Ghafur
Saya bersiap-siap berdiri dari kursi pesawat. Begitu juga para Gus dan Mr Wong, perwakilan Konsulat China di Surabaya. Para penumpang lain bahkan sudah banyak yang menurunkan tasnya dari kabin.
Tiba-tiba seorang pramugari berkulit putih menyeruak di antara penumpang. Ia menghampiri tempat duduk saya.
"Mr Adnan," demikian pramugari itu menyebut nama saya. Saya lihat tangan dia membawa catatan kecil. Mungkin nama saya.
Saya agak kaget. Pasti ada masalah imigrasi. Tapi kenapa hanya nama saya yang disebut. Bukankah kami rombongan? Apa karena saya wartawan? Tiongkok dikenal sangat ketat terhadap wartawan, terutama wartawan asing.
Tapi saya tak khawatir. Apalagi panik. Karena saya ke China lewat jalur diplomatik, meski tak resmi atay formal.
Meski demikian, teman-teman satu rombongan tetap ribut. Semua memusatkan perhatian pada saya. Beigtu juga beberapa penumpang.
Pramugari itu kami arahkan ke Mr Wong. Karena Mr Wong inilah yang mendampingi saya dan rombongan dari Surabaya.
Apa kata Mr Wong? “Ikut saja,” kata Mr Wong memberi saran agar saya ikut pramugari itu. “Saya dampingi,” tegas Mr Wong lagi.
Pramugari itu bersama petugas imigrasi. Ia kemudian menyerahkan saya kepada petugas imigrasi.
Kami belum tahu apa yang menyebabkan saya berurusan dengan imigrasi bandara Fuzhou China.
"Pak Mas'ud bawa rokok ya," tanya Abdullah Aminuddin Aziz yang duduk berjejer dengan saya di pesawat.