Tafsir Al-Anbiya' 41-43: Arnoud Van Doorn, Petinggi Partai Anti-Islam yang Justru Mualaf

Tafsir Al-Anbiya Dr. KH. Ahmad Musta'in Syafi'ie.

REDAKSI

Yang mendapat hidayah karena memang dia memburu hidayah itu sangat banyak contohnya, seperti perjalanan Salman al-Farisi yang sangat panjang, berat, dan melelahkan, dari negerinya, Persia menuju Madinah, menjumpai Rasulullah SAW. Akhirnya menjadi sahabat mulia, dicintai Rasulullah SAW, dipuji dan disanjung.

Seorang politikus asal Belanda sekaligus petinggi partai anti-Islam dan sangat memusuhi Islam. Bahkan menjadikan permusuhannya itu sebagai bahan kampanye.

Kebenciannya terhadap Islam, terhadap masjid, terhadap suara adzan, itulah yang dijual di hadapan publik demi mendulang suara. Dan... berhasil.

Pada saat sudah menjabat, dia mulai bergumul dengan banyak orang, beberapa tokoh dengan bermacam kepribadian. Ternyata nuraninya tidak bisa mengelak, bahwa temannya yang sesama senat atau yang lain lebih disiplin dalam bertugas dan itu menusuk nuraninya.

Ya, kayaknya karena si teman sudah terlatih disiplin shalat. Tidak ada agama yang memerintahkan pemeluknya disiplin berkonsultasi, bertatap muka dengan Tuhannya, minimal lima kali dalam sehari semalam, kecuali Islam. Hanya orang Islam sajalah yang paling disiplin dan rutin memasuki rumah ibadahnya, masjid.

Lalu dia tertarik dan semakin mendekati, bersahabat dengan temannya yang muslim itu. Di samping berpikir: "Ada apa dengan masjid, kok sebegitu nyamannya, mampu membuat muslim betah berlama-lama di dalamnya".

Mungkin “I’tikaf” yang dimaksud. Karena di agama lain tidak ada syari’ah i’tikaf. Lalu ingin mengetahui, lalu berusaha, lalu memahami, dan menerima.

Akhirnya, dia memeluk islam dan... semua gajinya dipersembahkan untuk membangun masjid. Masjid, yang dulu paling dibenci, sekarang paling digandrungi. Itulah politikus Belanda yang bernama .      

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO