“Susastra Kidung Panji Wijata Krama, Sudayana, Sunda, Kidung Ranggalawe yang menyebut kekuatan maritim Majapahit. Disebut pelabuhan sungai di Kediri, pelabuhan Jongbiru. Lokasinya tepat di DAS Brantas. Aliran Brantas berbentuk meander atau berkelok," kata pria yang akrab disapa Gus Barok ini.
"Posisi berkelok ini sama persis dengan posisi pembangunan Jembatan Jongbiru yang saat ini dibangun oleh Kementerian PUPR dan diresmikan oleh Mas Dhito, Bupati Kediri,” ucapnya menambahkan.
Masih menurut Gus Barok, Kerajaan Kediri memiliki pelabuhan sungai di daerah yang berbentuk meander. Pulo Tondo merupakan pelabuhan sungai, dengan posisi berkelok tajam. Ketika Raden Wijaya bersama rombongan beraudiensi dengan Jayakatwang, tidak diterima di ibu kota kerajaan Kediri di Daha. Namun, diterima di pelabuhan di Jongbiru pada tahun 1294.
“Mengenai bentuk kapal yang mengarungi sungai Brantas,merujuk pahatan relief di pandapa teras luar Candi Penataran, Blitar. Brantas, dilalui dengan kapal besar, dengan tenaga penggerak berupa layar dan dayung renteng," katanya.
"Perahu tersebut dikenal dengan Perahu Jung Jawa. Hal ini perlu dan layak ditampilkan dalam bentuk replika perahu di lokasi Jembatan, sekaligus penambahan relief / ornamen pada badan jembatan,” pungkasnya.
Dalam peresmiannya Bupati Kediri Hanindhito Himawan Pramana menitipkan pesan agar jembatan ini dijaga.
“Jongbiru merupakan urat nadi yang menghubungkan wilayah Mrican, Kota Kediri-Jabon dengan Jongbiru di wilayah Kabupaten Kediri. Lokasi ini lokasi bersejarah yang saya persembahkan di masa akhir jabatan saya, semoga bermanfaat. Sebab sejak 2017 jembatan PG Mritjan ini putus dan kita bangun kembali untuk meningkatkan roda perekonomian masyarakat,” ujarnya. (uji/mar)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News