
Selain dapat menghemat lebih banyak ruang, penggunaan mikroalga juga dapat menghemat waktu karena tidak perlu menunggu pohon tumbuh besar. Meski begitu, karena mikroalga digunakan di dalam air dalam proyek ini, tidak menutup kemungkinan bahwa bisa terjadi algae bloom (ledakan populasi alga) saat dioperasikan, sehingga penggunaan aerator dibutuhkan untuk mencegah hal tersebut.
Selain mikroalga, sinar matahari juga digunakan dalam proyek ini dengan perantara panel surya yang juga berfungsi sebagai tempat berteduh. Saat siang hari, panel surya akan bekerja mengumpulkan energi dari sinar matahari untuk mengecas tenaga baterai.
Kemudian saat malam hari, baterai akan bekerja untuk menyalakan lampu LED. Selain itu, terdapat pula LDR (light dependent resistor) untuk mendeteksi ada atau tidaknya sinar matahari, sehingga membuat lampu LED secara otomatis hanya akan menyala saat malam hari.
Agar dapat bekerja optimal, baterai dan peralatan listrik lainnya dilindungi dengan cardboard untuk melindungi dari paparan sinar matahari tapi menyisakan sedikit ruang untuk LDR.
Setelah acara STEAM Expo di seluruh kampus Sampoerna Academy, akan diselenggarakan STEAM Competition 2025 pada 15 Maret mendatang di Sampoerna Academy L’Avenue.
Pada ajang kompetisi ini, sebanyak 10 finalis dari kategori SD, SMP, dan SMA akan memamerkan proyek STEAM inovatifnya dan bersaing memperebutkan hadiah pemenang hingga Rp24 juta. Diharapkan melalui ajang kompetisi ini dapat mendorong minat siswa untuk menjadi inovator masa depan atau bekerja dalam pekerjaan impian mereka.
“Sampoerna Academy memastikan bahwa pembelajaran STEAM adalah perjalanan berkelanjutan yang mempersiapkan siswa untuk menjadi inovator dan pemecah masalah masa depan, mulai dari keterampilan berpikir kritis, memecahkan masalah dunia nyata, hingga inovasi. Tantangan kehidupan nyata ini mendorong mereka untuk mengumpulkan, menganalisis, dan menerapkan pengetahuan di berbagai disiplin ilmu. Melalui STEAM Expo, kami berharap ini bisa menjadi inspirasi lebih banyak anak di luar sana untuk bisa menjadi inovator muda dengan pembelajaran berbasis STEAM,” tutup Anushia. (mid/msn)