Masyarakat Desak APH Telusuri Anggaran PJN yang Mencapai Rp 112 Miliar

Masyarakat Desak APH Telusuri Anggaran PJN yang Mencapai Rp 112 Miliar Kantor Satuan Kerja Pekerjaan Jalan Nasional (PJN) Metropolitan II di Mojokerto. Terima anggaran besar, hasil kerja mengecewakan. (YUDI EP/BO)

MOJOKERTO, BANGSAONLINE.com - Dana pemeliharaan jalan raya Surabaya-Mojokerto mulai diulik. Sejumlah elemen masyarakat menilai plafon anggaran rehabilitasi jalan sebesar Rp 112 miliar berbanding terbalik dengan kondisi jalan protokol di bawah kewenangan Satuan Kerja Pekerjaan Jalan Nasional (PJN) Metropolitan II yang kini rusak parah.

"Pos anggaran perbaikan jalan dan jembatan untuk PJN Metropolitan II tahun 2018 mencapai kurang lebih Rp 112 miliar. Naif jika kondisinya justru tak membaik setelah diguyur anggaran ratusan miliar rupiah. Karenanya, kami mendesak Aparat Penegak Hukum (APH) untuk menelusuri aliran dana di Satker tersebut," desak Direktur Lembaga Pemuda Garuda Bersatu (PGB), Mustofa, Rabu (23/1) siang.

Mustofa yang juga caleg dari PBB Kota Mojokerto tersebut mengaku melihat keganjilan dalam proyek pemeliharaan jalan tersebut.

"Area mana yang dikerjakan selama tahun 2018. Idealnya, seluruh jalan raya mulai Balongbendo - Mojokerto - Jombang - Kertosono dan Gempol, mulus. Jika berlubang-lubang dan rusak parah seperti saat ini, saya pesimis jalan tersebut diperbaiki tahun lalu," sindirnya.

Sebagai wujud transparansi, Mustofa mendesak APH turun tangan. "KPK, Kejaksaan, dan kepolisian harus mengusut anggaran di dinas tersebut. Sehingga semuanya terang benderang tidak ada dusta," imbuhnya.

Sementara itu, setelah sekian waktu bungkam, pihak PJN Metropolitan II akhirnya buka suara. Kepala TU PJN, Soegito mengatakan keheranannya dengan hasil pekerjaannya. "Saya juga heran, itu pakai (kendaraan) apa malam ditambal pagi rusak lagi," katanya ketika dihubungi melalui sambungan telepon, kemarin.

Ia mengatakan, sebenarnya telah merespon kerusakan jalan tersebut. "Saya mengerjakan jalan tidak hanya 10 km, tapi 120 km. Kalau di Balongbendo, itu harus menunggu karena kita mengutamakan lubang-lubang besar, dan sampai saat ini kita mengerjakan yang di Jombang. Tapi tetap akan ditambal. Tidak ada target sampai kapan, tapi tetap akan kita tambal," elaknya.

Sebab, lanjutnya, sementara ini pihaknya pakai dana talangan. "Sekarang kan awal tahun anggaran, itu belum dilelang. Anggarannya (tahun 2019) ini Rp 80 miliar. PPK kita sampai sekarang belum terima SK," ungkapnya.

Di sisi lain, ruas jalan protokol Surabaya - Mojokerto terus menelan korban. Sejumlah pengendara kendaraan bermotor roda dua (R2) harus jadi korban kecelakaan lalu lintas akibat buruknya kondisi jalan yang berada di bawah kewenangan Satuan Kerja Pekerjaan Jalan Nasional (PJN) Metropolitan II.

Ironisnya, upaya rehabilitasi jalan mulai dari Bypass Balongbendo - Mojokerto, Senin (21/1) terkesan asal-asalan. Pihak Satker PJN hanya menutup beberapa lubang di depan minimarket Annisa Desa Suwaluh dan kerusakan lepas jembatan eks tol Mertex. Selebihnya lubang-lubang besar dengan kedalaman bervariasi yang mengancam keselamatan jiwa pengedara R2 tampaknya sengaja diabaikan.

Sejumlah warga menuturkan seorang pengendara motor Vario nopol W 6293 OY dari arah Surabaya jadi korban jalan ini. “Motornya terperosok lubang dan terjatuh. Saat ditolong, korban tidak sadarkan diri,” kata Muklis, warga Balongbendo.

Kabarnya, pria asal Tarik yang menjadi korban itu menderita gagar otak akibat kecelakaan ini. “Selain itu, juga sering ada motor jatuh karena terperosok jalan berlubang,” tutur Muklis.

Kerusakan ruas jalan protokol Surabaya-Mojokerto terus meluas. Tingginya intensitas hujan di awal tahun ini disebut-sebut menjadi andil kerusakan jalan yang kini telah merambah kawasan Mojokerto itu.

Rendahnya kualitas material aspal bahkan dianggap bisa berpengaruh terhadap umur jalan yang menjadi kewenangan PJN Metropolitan II itu.

Gerusan air hujan sejak sebulan terakhir telah membuat akses gratis yang seakan dianak tirikan pasca beroperasinya tol Surabaya - Kertosono itu menjadi area berkubang. Puluhan lubang dengan kedalaman bervariasi hingga 10 cm menjadi ancaman mematikan bagi pengendara kendaraan bermotor khususnya roda dua.

Beberapa penggiat lalu lintas bahkan memberi tanda pada badan jalan yang rusak dengan cat semprot.

Sementara itu, aktivitas lalu lintas Shiro Marxlen mendesak penggunaan material berkualitas tinggi yang menjamin ketahanan aspal. "Idealnya umur aspal akan awet jika menggunakan material nomer satu. Kalau ini baru direhab dan rusak dalam tempo relatif singkat maka sepatutnya pihak pengawas seperti Inspektorat dan Kejaksaan bahkan juga Kepolisian mengusut pekerjaan ini," kecam Shiro.

Sementara itu, sejak berita kerusakan jalan ini jadi pergunjingan, pihak Satuan Kerja Pekerjaan Jalan Nasional (PJN) Metropolitan II yang membawahi wilayah Bypass Balongbendo - Mojokerto - Jombang - Kertosono dan Gempol ujuk-ujuk turun tangan.

Satker ini memiliki 4 paket pekerjaan senilai Rp 28 miliar, Rp 32 miliar, Rp 46, miliar dan Rp 6 miliar untuk pelebaran jembatan Parengan, Bangsal serta pembenahan 17 jembatan. (yep/dur) 

Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO