Agama Harmonis, Pembakaran Kantor DPRD Papua Barat Faktor Ras-Politik

Agama Harmonis, Pembakaran Kantor DPRD Papua Barat Faktor Ras-Politik Seorang petugas polisi terkena lemparan batu para pengunjukrasa saat mengamankan pembakaran Kantor DPRD Papua Barat di Manokwari, Senin (19/9/2019). Foto ini diambil dari video yang beredar di grup-grup WhatsApp (WA) para tokoh di Papua Barat.

MANOKWARI, BANGSAONLINE.com - Rais Syuriyah PWNU Barat KH Ahmadi mengungkapkan bahwa keharmonisan agama di Barat, terutama di Manokwari, sangat bagus. “Di sini anak pendeta main di rumah anak pak haji sudah biasa. Begitu juga anak pak haji main di rumah anak pendeta juga biasa. Jadi masalah keharmonisan agama sangat bagus,” kata Kiai Ahmadi kepada BANGSAONLINE.com, Senin (19/8/2019).

Saat diwawancarai BANGSAONLINE.com, Kiai Ahmadi sedang berada di Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Sorong Barat. Kiai Ahmadi memang salah satu dosen di STAIN Sorong. Selain dosen dan Rais Syuriah PWNU, Kiai Ahmadi juga Wakil Ketua Majelis Ulama (MUI) Barat bidang pendidikan dan penelitian.

Baca Juga: Pemerintah Perpanjang Kontrak hingga 2061, Menteri ESDM: Cadangan Freeport Bisa Sampai 100 Tahun

Menurut Kiai Ahmadi, aksi-aksi demo di Barat yang terjadi selama ini lebih banyak faktor suku atau ras dan politik, termasuk pembakaran kantor DPRD Barat di Manokwari hari ini. “Ini kan imbas kasus di Surabaya dan Malang,” kata Kiai Ahmadi.

Info yang diterima BANGSAONLINE.com, insiden pembakaran kantor DPRD Barat itu dilakukan oleh warga asli yang berunjuk rasa karena marah atas peristiwa mahasiswa di Surabaya dan Malang. Mereka turun jalan sejak pukul 05.00 WIT.

“Pukul 8 pagi mereka sudah mengepung gedung DPRD Barat,” tutur warga Barat kepada BANGSAONLINE.com. 

Baca Juga: 10 Orang Tewas Dalam Kericuhan di Wamena

Para pengunjuk rasa itu tidak hanya membakar kantor DPRD Barat, tapi juga melakukan perusakan dan penjarahan di toko-toko. “Toko HP Emond dijarah,” kata orang tersebut sembari menegaskan bahwa mereka juga menyerang pasar tradisional yang pengunjungnya para warga pendatang, terutama Jawa dan Makassar.

"Mereka juga membakar bendera merah putih. Mereka menganggap aparat tidak adil. Mereka merasa didiskriminatif oleh masyarakat Jawa," tegasnya lagi.

Baca Juga: Jokowi Sebut Komitmen Indonesia Terhadap Lingkungan Dimulai dari IKN

Ketika ditanya bagaimana dengan perilaku orang yang diduga merusak bendera merah putih di Surabaya, ia berujar, “Mereka tak bisa diukur dengan standar cara berpikir kita. Mereka punya argumentasi politik sendiri,” katanya.

Kiai Ahmadi berharap agar masyarakat di luar terutama di kota-kota besar di Jawa tidak terprovokasi. “Ketika ada persoalan hendaknya ditangani dengan cara persuasif untuk menjaga agar tidak berdampak terhadap warga pendatang di ,” harapnya.

“Suatu hal yang perlu diapresiasi, kerukunan umat beragama di sangat harmonis. Selama ini harmonisasi keagamaan aman dibanding dengan daerah lain. Hal ini pernah disampaikan oleh para peneliti dari Litbang Kemenag Pusat maupun Litbang wilayah Makassar,” katanya. 

Baca Juga: Kunjungi Maibo, Gubernur Khofifah Siap Jadi Ibu Asuh Anak-Anak yang Mau Bersekolah di Jatim

Yang pasti, akibat unjuk rasa ini banyak yang jadi korban, termasuk aparat keamanan yang sedang bertugas saat pembakaran kantor DPRD Barat itu. Dari video-video amatir yang beredar di grup-grup WhatsApp (WA) para tokoh di , BANGSAONLINE.com mendapatkan seorang aparat polisi luka kepalanya. Bahkan kepalanya terus berdarah sehingga ia minta dipanggilkan mobil ambulans.

Muka polisi itu tampak penuh aliran darah yang mengucur dari kepalanya yang terluka akibat lemparan batu para pengunjuk rasa. (tim)  

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Lihat juga video 'Kembali Berduka! Ratusan Rumah di Papua Terbakar!':


Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO