PAMEKASAN, BANGSAONLINE.com - Sejumlah warga Pamekasan yang merantau ke Wamena sudah kembali kampung halaman. Di antara perantau asal Pamekasan yang pulang akibat kerusuhan di Wawena itu adalah Abdul Muni, warga Dusun Durbugen, Desa Bungbharuh, Kecamatan Kadur, Kabupaten Pamekasan, Madura.
Ia merupakan salah satu korban kerusuhan Wamena yang berhasil lolos dari kejaran massa, meski harus mengalami luka bakar di lengannya.
Baca Juga: Gelar Wisuda ke-V, Ketua STISA Pamekasan Apresiasi Perjuangan Wisudawan
Kini luka bakar itu membekas di bagian lengan kanannya sepanjang 40 sentimeter, juga di pelipis bagian sebelah kanan.
Abdul Muni yang ditemui wartawan di rumahnya, menceritakan kronologi ia bisa lolos dari peristiwa kerusuhan yang terjadi di Wamena pada 25 September 2019.
Saat itu pukul 09.00 WIT, ia sedang berada di dalam kios miliknya yang berada di Kampung Hom-Hom, Wamena, Kabupaten Jaya Wijaya, Provinsi Papua.
Baca Juga: Sepanjang 2024, Damkar Pamekasan Tangani 174 Kebakaran dan 13 Animal Rescue
Tiba-tiba, sejumlah massa datang dengan membawa panah, parang, dan gergaji rantai (senso). Lalu massa menebang sejumlah pohon yang tumbuh di pinggir jalan Kampung Hom-Hom dan melakukan penutupan jalan dengan pohon yang sudah ditebang.
Bukan hanya itu saja, sejumlah massa tersebut juga membakar semua bangunan yang berada di Kampung Hom-Hom, sembari berteriak akan membunuh semua warga pendatang.
Mendengar teriakan itu, Abdul Muni langsung keluar dari dalam kiosnya bersama dengan temannya.
Baca Juga: Pimpin Upacara Hari Bela Negara ke-76, Pj Bupati Pamekasan: Momentum Perkuat Kesatuan Bangsa
Ia juga tidak sempat membereskan barang-barang berharga yang berada di dalam kiosnya tersebut. Ketika dirinya keluar, tiba-tiba kios miliknya, sebagian sudah terbakar dan di luar banyak massa yang menunggu.
"Lalu saya bersama teman saya itu keluar dari dalam kios dan saya bilang ke massa itu kalau di dalam masih ada dua warga pendatang lagi," katanya, Selasa (8/10/19).
"Namun massa yang sudah kelihatan bringas itu justru bilang 'bunuh-bunuh'. Tanpa pikir panjang, saya langsung lari ke rumah sebelah yang belum dibakar," tuturnya.
Baca Juga: Si Jago Merah Hanguskan 10 Kios di RSUD Smart Pamekasan, Pasien Sempat Panik
"Saat itu saya langsung naik ke plafon rumah untuk bersembunyi dan tidak bisa turun karena di luar banyak massa," katanya.
Namun karena massa terus mencari sambil berteriak bunuh-bunuh, ia nekat melompat dari atas plafon rumah dengan tujuan ingin kabur dari kepungan massa.
Namun ketika hendak melompat, bagian lengan kanannya terkena percikan bensin dari massa yang ingin membakar rumah. Api pun ikut menyambar lengan dan pelipisnya
Baca Juga: Lima Orang Sekeluarga Tewas dalam Sumur di Pamekasan
Akhirnya Abdul Muni dan temannya berhasil lolos dari kepungan massa. Dia dan temannya berhasil kabur dari rumah tersebut dengan cara membobol pagar di bagian belakang rumah, dengan keadaan tangannya terbakar.
"Saya langsung kabur ke hutan bersama teman saya, walaupun kaki saya luka terkena pecahan kaca. Karena masih ada yang mengejar, saya melompat ke sungai. Saat saya naik lagi, tiba-tiba teman saya sudah tidak ada. Saya juga tidak tahu dia lari ke mana," ujarnya sambil menerawang mengingat kejadian yang mengerikan tersebut.
"Saya sembunyi di semak-semak. Ketika situasi sudah aman, pada pukul 16.00 WIT saya keluar dan alhamdulillah dijemput anggota TNI dan kemudian langsung dibawa ke Kodim untuk diamankan," ungkapnya.
Baca Juga: Pj Gubernur Jatim Didampingi Ketua KPU RI Tinjau Kesiapan Pilkada 2024 di Pamekasan
Melihat kondisinya yang terluka, pihak TNI langsung membawa dirinya ke RSUD setempat. "Setelah situasi mulai aman, saya dibawa mengungsi lagi di Kodim Wamena selama 5 hari, selanjutnya mengungsi di Yonif 751/R di Sentani Jayapura selama 2 hari," ungkapnya
Lalu, Kamis, 3 Oktober 2019 pukul 05.00 WIB, Abdul Muni dibawa pulang dengan menggunakan Pesawat Hercules TNI-AU dan mendarat di Lanud Malang Pukul 16.00 WIB.
"Ketika sampai di Malang, saya mampir di rumah saudara saya dan tanggal 4 Oktober 2019 pukul 15.00 WIB saya tiba di rumah," tuturnya.
Baca Juga: Tegas Ingatkan soal Netralitas ASN, Pj Bupati Pamekasan: Bawaslu Bisa Melacak secara Digital
Selanjutnya, Abdul Muni menceritakan bahwa semua harta bendanya yang ada di Kampung Hom-Hom, Wamena, habis terbakar.
"Saya tinggal di Wamena kurang lebih sekitar 2 tahun, bekerja sebagai pedagang. Tapi sebelum saya ke Wamena, saya sempat bekerja di Kalimantan juga sebagai pedagang," ucapnya.
Saat ini, Abdul Muni mengaku masih trauma berat atas insiden kerusuhan di Wamena. Sebab pada saat kerusuhan, dirinya dikejar dan diancam akan dibunuh oleh warga pribumi.
Baca Juga: Menantu Tega Tusuk Mertua di Pamekasan
"Warga Pamekasan lainnya masih ada yang di Wamena, tapi saya tidak tahu jumlah pastinya," pungkasnya. (yen/rev)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News