TRENGGALEK, BANGSAONLINE.com - Tanaman porang atau dalam bahasa ilmiah dikenal Amorphophallus Muelleri Blume merupakan jenis tanaman umbi-umbian. Tanaman ini kini mulai banyak diproduksi oleh warga Desa Sidomulyo Kecamatan Pule Kabupaten Trenggalek, karena memiliki nilai jual yang tinggi.
Parwanto, adalah salah satu warga Desa Sidomulyo yang tertarik menanam Porang sejak tahun 2017 lalu.
Baca Juga: Respons Positif Bupati Trenggalek soal Audiensi Pengembangan Potensi Daerah dan Kemaritiman
"Saat itu saya diberitahu oleh teman saya, bahwa tanaman Porang memiliki harga jual yang lumayan tinggi. Nah, dari situ kemudian saya praktikkan untuk menanam sendiri," ungkap Parwanto saat ditemui di ladang Porang miliknya, Sabtu (30/5).
Ketika awal tanam Porang, ia mengaku hanya menggunakan modal awal 4 juta rupiah untuk membeli bibit. Bibit Porang atau dikenal dengan istilah katak kemudian ditanam di lahan di pekarangan miliknya dengan luas panjang 22 x 12 meter.
Bibit-bibit itu baru memasuki masa panen, dua tahun kemudian. Hasilnya, seluruh tanaman Porang itu dibeli tengkulak dengan harga 19 juta rupiah. Selain mendapat hasil dari Porang, ia juga mendapat penghasilan tambahan dari penjualan katak atau bibit Porang senilai 2.500.000 saat itu.
Baca Juga: Bupati Trenggalek akan Beri Keringanan Pajak untuk Investor yang Terapkan Green Bisnis
Berangkat dari hasil tersebut, Purwanto kemudian berusaha memperluas lahan tanam Porang. Saat ini, ia telah menanam Porang di lahan seluas 8 hektare.
Di tiap satu hektare, ia bisa menanam 20 ribu batang Porang. Dalam dua tahun yang akan datang, ia memprediksi hasil panennya untuk tiap hektare bisa mencapai 400 hingga 500 juta rupiah.
Parwanto menyampaikan, masa panen tanaman Porang yang ideal adalah dua tahun dari sejak awal ditanam. "Cara terbaik menanam Porang adalah menjelang musim penghujan. Dan tanaman Porang ini bisa ditanam di manapun tempatnya, asal kondisi tanah tersebut tidak becek," terangnya.
Baca Juga: Sesuai Instruksi Presiden Jokowi, Bupati Trenggalek Salurkan Bantuan untuk Kelompok Petani Lokal
Sementara Kepala Desa Sidomulyo, Wahyono mengakui jika saat ini banyak warganya yang mulai beralih menanam Porang. Bahkan, saat ini luas lahan yang ditanami Porang di Desa Sidomulyo mencapai 100 hektare.
"Penanaman Porang ini mulai digemari oleh masyarakat kami, karena harganya yang melonjak tinggi," ungkapnya.
Baca Juga: Resmikan Bendungan Tugu di Trenggalek, Presiden Jokowi Sebut Indonesia Belum Impor Beras di 2021
Menurutnya harga Porang mulai melonjak tingi sejak tahun 2019 yang lalu. dengan harga per kilogram 12 ribu rupiah. Dalam waktu lima hari sekali, ada tengkulak dari berbagai daerah seperti Ponorogo dan Surabaya yang mengangkut hasil Porang ini. Ada 5 hingga 10 truk untuk sekali angkut.
Dengan hasil yang menggiurkan ini, ia lantas meminta agar Pemerintah Kabupaten Trenggalek menyediakan pabrik Porang di Kabupaten Trenggalek, dengan tujuan agar harga Porang tetap stabil.
Sementara menanggapi permintaan dari Kades Sidomulyo, Asisten II Bidang Perekonomian Kabupaten Trenggalek Ir. Agung Sudjatmiko mengatakan akan menyiapkan tiga opsi.
Baca Juga: Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Jatim Launching Bengkel Keliling Alsintan di Trenggalek
"Jadi opsi pertama kita bangun asetnya pemerintah daerah dan bangunannya dari pemerintah daerah. Opsi yang kedua, aset milik petani, tapi yang membangun (pabrik) pemerintah daerah. Opsi yang ketiga, aset milik Pemda, tetapi yang membangun pabrik (swasta)," kata Agung.
Menurutnya, saat ini hasil panen Porang itu dijual oleh para petani kepada pihak tengkulak. Mereka belum bisa menjual langsung ke pihak perusahaan. Sehingga harga jual dari petani belum bisa maksimal. (man)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News