SURABAYA, BANGSAONLINE.com - Pemilihan Wali Kota (Pilwali) Surabaya 2020 dinilai minus figur perempuan dan milenial. Gambaran itu bisa dilihat dari kedua pasangan calon, tak satu pun yang menjadi representasi perempuan dan milenial. Baik Eri-Armuji maupun Machfud-Mujiaman.
Agus Mahfudz Fauzi, Sosiolog dari Universitas Negeri Surabaya (Unesa) menilai paslon harus bisa merangkul semua kalangan, termasuk kelompok perempuan dan generasi milenial, apabila ingin memenangkan Pilwali Surabaya. Pasangan calon perlu merangkul atau meng-hire sosok yang menjadi simbol dari perempuan dan milenial.
Baca Juga: Kunker ke SMKN 3 Bangkalan, Anggota DPD Lia Istifhama Disambati Inpassing dan Sertifikasi Guru
"Kalau tidak ada sosok yang menjadi ikon atau simbol dari perempuan dan milenial yang dirangkul, maka program yang ditawarkan oleh calon dianggap hanya sebatas omongan atau tekstual," terang Agus, Jumat (11/9/2020).
Dosen Unesa ini menambahkan, masyarakat cenderung akan lebih mudah menangkap pesan dari sesuatu yang mudah terlihat. Karena ini bagian simbol dari komunikasi calon dengan kelompok perempuan maupun milenial.
Menurut mantan Komisioner KPU Jatim ini, Tri Rismaharini juga bagian dari simbolisasi perempuan. Kelompok perempuan memilih Risma pada pilwali lalu, salah satunya karena faktor kedekatan dan keterikatan emosional sebagai sesama perempuan.
Baca Juga: Pascaterpilih Anggota DPD RI, Ning Lia Bolak-Balik Jadi Sasaran Hacker
"Program dan visi misi yang berpihak pada kelompok perempuan dan milenial memang penting. Namun tak kalah penting menggandeng sosok yang memiliki kedekatan dengan kelompok tersebut," imbuh alumnus HMI ini.
Satu dari sejumlah figur yang dinilai Agus sebagai representasi kelompok perempuan dan milenial adalah Lia Istifhama. Bakal Calon Wakil Wali Kota Surabaya dari PDI Perjuangan ini dianggap sebagai sosok yang mewakili variable tersebut. Dia perempuan, juga milenial.
Sementara itu, Lia Istifhama-aktivis sosial yang akrab disapa Ning lia tersebut menegaskan, meskipun ia tidak bisa menjadi kontestan dalam Pilwali Surabaya 2020 karena tidak mendapat rekom, dirinya memastikan tidak akan mengambil sikap golput. Keponakan Gubernur Khofifah ini mengaku akan berperan aktif dalam proses demokrasi di Kota Surabaya.
Baca Juga: Jangan Main-Main dengan Kata Kiblat, Ketahui Sejarah Perpindahannya yang Penuh Hikmah
"Sampai saat ini, saya belum berkomunikasi dengan calon mana pun. Baik itu Mas Eri ataupun Pak Machfud. Prinsipnya, siapa yang punya komitmen dan program baik dalam membangun Surabaya akan kita dukung. Saya juga harus menjawab pertanyaan para relawan tentang arah dukungan di pilwali ini. Pada waktunya saya akan tentukan sikap dukungan," pungkas putri Almarhum Kiai Masykur Hasyim tersebut. (mdr/zar)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News