Pandemi Covid-19 Tak Menghalangi Peternak Perkutut Meraup Untung Besar

Pandemi Covid-19 Tak Menghalangi Peternak Perkutut Meraup Untung Besar Toni Hartono saat memberi makan burung-burung perkututnya.

BLITAR, BANGSAONLINE.com - Pandemi Covid-19 yang bagi sebagian besar orang menjadi penghalang untuk bekerja, tidak berlaku bagi Toni Hartono. Warga Kelurahan Gedok, Kecamatan Sanan Wetan, Kota Blitar ini justru sukses menjual ratusan perkutut peliharaannya.

Setidaknya Toni sudah 20 tahun menggeluti profesi sebagai peternak perkutut. Selama pandemi ini, penjualan ternaknya tidak mengalami penurunan. Bahkan ada kecenderungan meningkat. Permintaan perkutut jenis bangkok miliknya kebanjiran pesanan. Ia sampai kewalahan menuruti permintaan para penghobi anggungan tersebut.

"Saya juga tidak menyangka, di musim pandemi ini permintaan justru semakin banyak. Saya sampai mendatangkan dari peternak lain untuk memenuhi permintaan," ujarnya.

Selama masa pandemi, ia sanggup menjual setidaknya 300 sampai 500 ekor perkutut sebulan. Perkutut yang terjual memiliki kualitas yang bervariasi. Kebanyakan permintaan ialah perkutut dengan kelas standar, meski tak jarang ada yang kualitas super.

Untuk kelas standar, harga perkutut berusia minimal satu bulan atau sudah mulai sapih sekitar Rp 100.000 sampai Rp 125.000.

Harga itu berbeda untuk perkutut yang sudah mulai manggung. Harga yang dipatok bervariasi, tergantung durasi manggungnya. Bila ditotal, omzet minimal penjualan perkutut bangkok di atas Rp 50 juta.

Lihat juga video 'Harga Perkutut Juara Tembus Rp500 Juta, Lomba Burung Kicau di Pasuruan Diikuti 300 Peserta ':


Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO