Jumlah tersebut sekitar 53 hektare milik dirinya di bawah bendera PT Wangsa, selebihnya milik mitra petani yang ada di wilayah Lamongan, dan sebagian di wilayah Tuban.
"Karena hasilnya sudah cukup bagus, dan jihad ekonomi yang saya lakukan sudah menuai hasil, saya mengajak mitra dan petani untuk terus menanam pisang cavendish, agar target 1.000 hektare tanaman pisang tahun 2023 bisa terealisasi, agar bisa memenuhi permintaan pasar secara maksimal," ungkapnya.
Meski target yang ia canangkan pada tahun 2023, namun dari antusias petani dan mitranya saat ini, perkiraan tahun 2022 hampir sudah memenuhi target 1.000 hektare lahan tanaman pisang cavendish. "Semoga tidak sampai tahun 2023 sudah penuhi target tanam 1000 hektare," harapnya.
Tananaman pisang cavendish ini dalam satu pohon pisang, rata-rata bisa diperoleh buah pisang seberat 25 sampai 30 kilogram per tandannya. Tetapi jika pemupukannya bagus dan perawatannya ekstra, satu tandannya bisa menghasilkan 40 sampai 50 kilogram. Untuk harganya pun bervariasi, tergantung kriteria, grade, dan kualitasnya.
"Kadang ada yang dijual langsung dengan sistem root atau langsung borongan tandan, ada juga yang masuk dalam kemasan box dengan berat bersih 13 kg di tiap boxnya. Harganya pun variatif, tergantung grade dan kualitasnya, ada A, B, dan C," imbuhnya.
Untuk analisa usaha produksi sampai panennya, dalam satu hektare lahan pisang cavendish rata-rata membutuhkan biaya Rp 80 sampai Rp 90 juta. Dengan harga jual buah pisang rata-rata sekitar Rp 100-112 ribu per tandan, maka satu hektare bisa menghasilkan Rp 250 juta, dengan populasi 2.200 batang pohon. (qom)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News