BOJONEGORO, BANGSAONLINE.com - Adanya industrialisasi minyak dan gas bumi (migas) di Bojonegoro membuat sebagian orang maupun instansi turut kecipratan berkah, salah satunya para pengelola hotel dan restoran yang sampai saat ini terus kebanjiran order. Bahkan, hotel di Bojonegoro tidak mencukupi jika untuk menampung seluruh pekerja migas.
"Karena pekerja migas di Bojonegoro jumlahnya mencapai puluhan ribu baik dari luar maupun lokal," ujar ketua Perhimpunan Hotel dan Restauran Indonesia (PHRI) cabang Bojonegoro Muh Subekhi, Selasa (12/5/2015).
Pengelola hotel, kata dia, bersyukur adanya migas di Bojonegoro. Sebab, sejak awal seismik migas pada tahun 2007 lalu dan mulai booming pada tahun 2012, prospek perhotelan di Kota Ledre terus bergeliat. Tingkat hunian hotel juga mulai bagus dan terus berbenah.
"Seiringnya waktu ada operator migas yang terikat kontrak dengan beberapa hotel di Bojonegoro, sehingga bisnis perhotelan pada saat itu (2007) hingga saat ini terus berkembang," ujar pria yang juga pemilik Hotel Griya MCM itu.
Selain itu, adanya peraturan daerah (perda) nomor 23 tahun 2014 tentang pemberdayaan lokal harus bisa menangkap peluang setelah adanya industrialisasi migas di Bojonegoro, beberapa hotel langsung berbenah. Bahkan tidak hanya hotel, tapi seluruh elemen masyarakat diharapkan bisa menangkap peluang tersebut.
"Paling tidak ikut menikmati peluang ini (adanya migas,red) karena ini juga intruksi Bupati (Suyoto)," terangnya.
Meski saat ini banyak pengurangan tenaga kerja migas khususnya di EPC 1 PT Tripatra - Samsung subkontraktor ExxonMobil Cepu Ltd (EMCL), tetapi tetap tidak mengurangi pesanan jumlah kamar hotel. Karena selain pemesan dari pekerja migas banyak juga pemesan dari warga lokal atau luar daerah yang sedang berada di Bojonegoro.
"Terpenuhinya PAD Bojonegoro khususnya dari perpajakan juga dari hotel dan resturan. Jadi semua ikut menikmati berkah migas ini," terangnya.
Saat ini, lanjut dia, di Bojonegoro ada sebelas hotel yang terikat dengan PHRI dan terikat kontrak dengan beberapa subkontraktor migas. Dia berharap pasca kontrak migas habis, hotel di Bojonegoro tetap berbenah untuk perbaikan fasilitas, pelayanan dan tarif yang standar khususnya untuk hotel lokal.
"Juga ada komitmen komunikasi antar pengelola hotel. Karena kedepan akan dibagun obyek wisata minyak di sumur tua juga obyek wisata lainnya. Sehingga peluang bisnis hotel kedepan tetap bagus," pungkasnya. (nur)
Baca Juga: Dorong Petani Mandiri, EMCL Adakan Program Sekolah Lapang Pertanian
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News