BANGSAONLINE.com - Tabarrukan di Pesantren Tahfizh Alquran Sulaimaniyah Surabaya.
"YA, mereka sedang menghafal Alquran," ujar Ismatillah, santri senior yang ditugasi untuk sebagai guru di Pesantren Tahfizh Alquran Sulaimaniyah Cabang Jatim di Surabaya.
Baca Juga: Pesantren di Lereng Gunung, 624 Santrinya Lolos PTN dan di 11 Perguruan Tinggi AS, Eropa dan Timteng
Dalam keseharian, ya hafalan itu yang dikerjakan. Pada jam-jam pagi mereka setor hafalan, pada sore harinya mereka menghafalkan ayat atau surat lanjutan, untuk disetorkan besok paginya.
"Cara menghafalnya juga berbeda, sehingga lebih cepat dibanding di pesantren lain. Pakai sistem hafalan Alquran Turki Usmani," terang Ismat yang pernah mengenyam pendidikan 3 tahun di Turki itu.
Ismat menguraikan, para santri Sulaimaniyah itu merupakan lulusan seleksi penerimaan santri tahfizh tahun lalu. Minimal, mereka memiliki hafalan Alquran Juz Amma.
Baca Juga: Tren Santri Belajar di Luar Negeri, Sekarang Peluang Makin Besar dan Tak Terbatas
Materi seleksi lainnya adalah pelajaran agama. Setelah dinyatakan lolos seleksi kedua, baru mereka dimasukkan pesantren Sulaimaniyah. Pendidikan ditempuh satu hingga satu setengah tahun.
Saat ini Pesantren Sulaimaniyah di Jl Jemursari itu dihuni 66 santri. Mereka berasal dari berbagai pesantren di Indonesia. Setelah lulus dari pesantren ini - sudah barang tentu hafal Alquran, akan dikirim ke Pesantren Sulaimaniyah yang ada di Puncak Bogor. Pendidikan di sana 3 tahun.
Kemudian, diantara para santri yang tercepat hafalannya, mereka akan langsung mendapatkan beasiswa untuk mengikuti pendidikan tahfizh di Pesantren Sulaimaniyah yang ada di Turki. Di sana mereka menempuh pendidikan 3 tahun yang disetarakan dengan D-3.
Baca Juga: Mudah Tanpa Bantuan Jin, Ijazah Amalan Ilmu Pesugihan oleh Kiai 'Sakti' Jawa Timur
"Selain meneruskan keahlian tahfidznya, mereka akan mengkaji berbagai kitab lainnya guna memperdalam tidak hanya ilmu Alquran, tetapi juga bidang lain seperti Fiqih, Tauhid, dan lain sebagainya," papar Ismatillah.
Yang juga membedakan dengan pesantren tahfizh lainnya adalah, asrama santri dengan standar hotel, mulai dari ruangannya yang ber-ac, fasilitas MCK yang bersih, rangsuman makanan yang dimasak secara higiens dan sesuai tata cara memasak ala tuntunan Nabi.
"Ini dapur untuk memasak. Para pemasaknya harus wudlu dulu. Selain itu, mereka membaca sejumlah ayat Alquran seperti surat Al-Ikhlas, serta doa Tahiyyat. Dengan doa takhiyat ini dimaksudkan agar makanan yang disantap para santri bisa barokah," terang Ismatillah, salah seorang pengurus Pesantren Sulaimainiyah Surabaya.
Baca Juga: Mahfud MD: Pesantren Aset Besar NKRI
Di ruang lain tersedia tempat khusus menyimpan barang-barang santri, disediakan loker khusus sandal yang masing-masing ada namanya, juga jemuran baju sudah ada namanya, almari pakaian, almari tas santri, tempat pakaian kotor, tempat peralatan mandi sendiri, tempat pakaian basah habis dicuci pakai mesin, dll.
Khusus makanan santri, sudah disediakan ruang makan bersama, dapurnya juga disiapkan dapur yang steril dan suci. Para pemasaknya harus lulus tes sebagai juru masak. Mereka wudlu dulu sebelum memasak.
Pesantren Sulaimaniyah Cabang Surabaya adalah Rumah Tahfidz yang telah dibuka pada tahun 2013 di Surabaya dengan bantuan dan dukungan dari masyarakat muslim di Indonesia.
Baca Juga: Sebut Kiai Asep Virus, Cara China Didik Anak, Kiai Imam Jazuli: Kelola Pesantren Tak Butuh Profesor
Di Jawa Timur, selain Surabaya, Sumenep dan Lumajang, masih akan dibuka lagi Cabang Pesantren Sulaimaniyah di beberapa daerah sesuai dengan skala prioritas. Di antaranya di Gresik, Jombang dan Pasuruan.
Dengan kehadiran pesantren ini, Sulaimaniyah mencetak ratusan Hafizh Alquran dengan sistem Turki Utsmani yang cepat dan unik, kemudian dibekali pembelajaran kitab kuning yang akan digunakan dalam memahami Alquran.
Keberhasilan ini di antaranya terbukti dengan adanya santri-santri Sulaimaniyah yang telah lulus dan kini mengajar Islam di berbagai daerah di Indonesia dan di luar negeri seperti Turki, Australia, Malaysia, Singapura, Filipina, Korea, Suriname dan Bangladesh.
Baca Juga: Di depan 500 Aktivis MPJ, Kiai Asep Prihatin Media Pesantren Masih di Pinggiran
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News