Ghibah Politik Ramadhan: Menyoal PBNU tentang Politik Dinasti dan Misi Gus Dur

Ghibah Politik Ramadhan: Menyoal PBNU tentang Politik Dinasti dan Misi Gus Dur Baliho Yahya Cholil Staquf di sekitar arena Muktamar ke-34 NU di Lampung. Foto: istimewa

Gus Mukhlas Syarkun. foto: bangsaonline

Kini muncul pertanyaan di kalangan masyarakat, mengapa elit tidak menjaga legacy perjuangan Gus Dur soal demokrasi? Bahkan pengamat politik Fachy Ali lebih tajam lagi. Menurut Fachry Ali, sekarang malah menjadi subordinat penguasa yang sudah kuat, berhadapan dengan masyarakat yang kini posisinya lemah.

Apa yang disuarakan oleh Fachry Ali memperlihatkan bahwa belum bisa mengimplementasikan prinsip tawazun, yaitu keseimbangan. Mestinya bersama dengan barisan masyarakat yang posisinya lemah menghadapi bahkan menentang hegemoni oligarki.

Hal lain yang disoal adalah bahwa membiarkan benih dinasti semakin subur. Padahal dinasti akan membawa pada otoriter dan otoriter akan berdampak pada reaksi yang .

Ini ironis, mengingat elit selalu beretorika akan memangkas benih benih .

Apa yang dinarasikan Fachry Ali sesungguhnya mewakili suasana kebatinan mayoritas masyarakat, termasuk warga NU, yaitu menyoal mengapa sebagian elit mendukung . Padahal itu benih yang akan tumbuh subur menjadi tirani, khususnya di pihak penguasa, dan benih tumbuh subur untuk semaian radikal is di kalangan masyarakat.

Kita tetap optimistis hal ini akan disadari oleh . Sebab jika tidak, maka akan dicatat oleh sejarah membuka lembaran baru sebagai kekuatan sipil yang mentoleransi dan bahkan mendukung otoritarian dan benih , bukankah demikian?

3 Ramadhan

Mukhlas Syarkun, penulis buku Ensklopedi Gus Dur

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO