Dihambat PBNU, PKB Makin Besar

Dihambat PBNU, PKB Makin Besar Khariri Makmun. Foto: bangsaonline

Oleh: Khariri Makmun

JAKARTA, BANGSAONNLINE.com-Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) baru saja menggelar perayaan Hari Lahir ke-26 dan Musyawarah Kerja Nasional atau Mukernas PKB di Jakarta Convention Center () Senayan, Jakarta Pusat, Selasa, 23 Juli 2024. Harlah PKB kali ini disambut dengan suasana gembira dan penuh syukur karena pencapaian suara PKB secara nasional sangat membanggakan.

PKB telah menjelma menjadi salah satu kekuatan politik utama di Indonesia. Perkembangannya yang pesat dari sebuah partai yang dahulu dianggap hanya memiliki basis konstituen kuat di Jawa Timur (Jatim) dan Jawa Tengah (Jateng) menjadi partai dengan suara yang merata di seluruh Indonesia membuktikan bahwa PKB layak disebut sebagai partai terbuka.

Pada Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024, meskipun dihambat oleh Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) yang berupaya untuk memisahkan NU dari politik praktis, PKB tetap menunjukkan keberhasilan yang fantastis dengan perolehan suara nasional 16.115.655 (10,62 persen) sehingga menempatkan PKB sebagai partai terbesar keempat di bawah PDIP, Golkar, dan Gerindra. PKB berhasil meraih suara signifikan dalam pemilihan anggota DPR RI, DPRD Provinsi, dan DPRD kota dan kabupaten, tercatat pada pileg 2024 caleg-caleg PKB sebanyak 2114 berhasil mendapat kursi legislatif. Khusus untuk kursi DPR RI, PKB memperoleh tambahan 10 kursi.

Transformasi PKB sebagai Partai Nasionalis Religius

Transformasi PKB dari partai dengan basis lokal yang kuat menjadi partai nasionalis religius dengan basis konstituen yang tersebar di seluruh Indonesia adalah hasil dari strategi yang cerdas dan kepemimpinan yang visioner. Pada pemilu terbaru, PKB membuktikan bahwa ia tidak hanya kuat di kantong-kantong suara tradisionalnya, tetapi juga mampu menembus wilayah dengan mayoritas pemilih non-Muslim.

Contoh nyata dari keberhasilan ini adalah Kabupaten Samosir di Sumatera Utara dan Nagakeo di Nusa Tenggara Timur (NTT). Di Samosir, di mana 95% pemilih adalah Kristen, PKB berhasil menjadi pemenang. Hal serupa terjadi di Nagakeo, NTT, di mana 99% pemilih beragama Katolik, tetapi PKB berhasil meraih kemenangan.

Keberhasilan PKB dalam meraih dukungan lintas agama ini tidak terlepas dari penerapan politik rahmatan lil alamin, yang berarti politik yang membawa rahmat bagi seluruh alam semesta. Politik rahmatan lil alamin menekankan pentingnya inklusivitas, keadilan, dan kesejahteraan bagi semua, tanpa memandang latar belakang agama, suku, atau ras. PKB mampu menarik simpati tidak hanya dari kalangan Nahdliyin, tetapi juga dari berbagai kelompok agama lain karena pendekatannya yang moderat dan inklusif.

Gus Muhaimin Iskandar, sebagai pemimpin PKB, memainkan peran kunci dalam keberhasilan ini. Gaya kepemimpinannya yang memadukan manajemen organisasi politik modern dengan pemaknaan teologi agama yang inklusif berhasil menjadikan PKB sebagai partai yang tidak hanya mewakili aspirasi umat Islam, tetapi juga aspirasi umat lintas agama. Kepemimpinan Gus Muhaimin menunjukkan bahwa politik yang berpijak pada nilai-nilai keagamaan dapat berjalan seiring dengan prinsip-prinsip demokrasi modern yang inklusif dan adil.

Hambatan dari PBNU dan Respons PKB

Meskipun PKB mengalami hambatan dari PBNU, yang berupaya untuk memisahkan aktivitas politik praktis dari organisasi NU, PKB tetap menunjukkan ketangguhannya. PBNU berpendapat bahwa NU seharusnya tidak terlibat dalam politik praktis untuk menjaga netralitas dan keutuhan organisasi. Namun, PKB yang lahir dari rahim NU, merasa memiliki hak dan tanggung jawab untuk membawa aspirasi warga Nahdliyin ke panggung politik nasional. Konfrontasi ini kadang-kadang menciptakan ketegangan, tetapi PKB tetap berkomitmen pada jalannya.

Keberhasilan PKB dalam meraih suara signifikan dalam pemilu terbaru adalah bukti bahwa hambatan dari struktural NU tidak menghalangi jalan konsolidasi partai. PKB mampu mengatasi tantangan ini dengan membuktikan bahwa partai tersebut bisa meraih dukungan luas dari masyarakat. Dalam konteks ini, PKB tidak hanya mewakili satu golongan, tetapi telah berkembang menjadi partai yang inklusif, yang berusaha merangkul semua lapisan masyarakat Indonesia.

Salah satu faktor utama yang menjadikan PKB berhasil adalah gaya kepemimpinan Gus Muhaimin yang memadukan manajemen organisasi politik modern dengan pemaknaan teologi agama yang inklusif. Gus Muhaimin memahami bahwa untuk bisa bertahan dan berkembang di dunia politik yang dinamis, PKB harus mampu beradaptasi dengan perubahan zaman tanpa kehilangan identitas keagamaannya.

Pendekatan ini tercermin dalam berbagai kebijakan dan strategi PKB yang selalu menekankan pentingnya keadilan sosial, kesejahteraan, dan inklusivitas. PKB berupaya keras untuk memperjuangkan hak-hak rakyat kecil, meningkatkan kualitas Pendidikan dan kesehatan, serta mendorong pertumbuhan ekonomi inklusif yang adil dan merata.

Dengan demikian, PKB mampu menarik dukungan dari berbagai lapisan masyarakat, termasuk mereka yang berada di luar basis tradisional NU.

PKB juga dikenal dengan pendekatannya yang moderat dan inklusif dalam politik. Dalam situasi politik yang sering kali penuh dengan polarisasi dan ketegangan, PKB selalu berusaha untuk menjadi penengah yang bijak dan adil. Politik PKB tidak hanya berfokus pada kepentingan kelompok atau golongan tertentu, tetapi juga berupaya untuk menciptakan harmoni dan persatuan di tengah keberagaman masyarakat Indonesia.

Pendekatan ini terbukti berhasil dalam berbagai pemilu, di mana PKB mampu meraih dukungan signifikan dari berbagai kelompok masyarakat. Keberhasilan PKB di wilayah-wilayah dengan mayoritas pemilih non-Muslim, seperti Samosir dan Nagakeo, adalah bukti bahwa politik rahmatan lil alamin yang diterapkan PKB mampu menarik simpati dari berbagai kelompok agama. PKB berhasil menunjukkan bahwa politik yang berdasarkan nilai-nilai keagamaan tidak harus eksklusif, tetapi bisa inklusif dan merangkul semua lapisan masyarakat.

Masa Depan PKB: Menuju Partai yang Lebih Kuat dan Inklusif

Melihat keberhasilan PKB yang semakin merata di seluruh Indonesia, partai ini memiliki potensi besar untuk menjadi kekuatan politik yang lebih dominan di masa depan. Tantangan yang dihadapi PKB, termasuk hambatan dari PBNU, seharusnya menjadi motivasi untuk terus memperbaiki diri dan memperkuat konsolidasi internal. PKB harus terus berupaya untuk menjaga inklusivitas dalam pemaknaan teologi agama dan manajemen organisasi politik modern.

PKB juga harus terus memperjuangkan aspirasi rakyat kecil dan memastikan bahwa kebijakan-kebijakan yang diusulkan selalu berpihak pada kepentingan rakyat. Dengan demikian, PKB akan semakin dipercaya oleh masyarakat dan mampu meraih dukungan yang lebih luas di masa depan.

Selamat Hari Lahir Partai Kebangkitan Bangsa yang ke-26! Dengan penuh semangat dan harapan, kami mengucapkan selamat atas perjalanan panjang yang telah ditempuh. Semoga PKB terus menjadi teladan dalam menggunakan kecerdasan politik untuk membawa aspirasi rakyat serta memperjuangkan kemajuan bangsa. Tetaplah menjadi inspirasi dan pendorong perubahan, teruslah berjuang demi kemakmuran negeri tercinta. Jayalah selalu, PKB! Dengan tekad dan dedikasi, kita songsong Indonesia yang lebih gemilang.

Penulis adalah Peneliti dan Instruktur Utama pada Dipantara Leadership Academy,

Jakarta.

Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO