Bunuh Diri Guru Besar Unair di Tower ITS, Ditemukan Kejanggalan

Bunuh Diri Guru Besar Unair di Tower ITS, Ditemukan Kejanggalan Bangunan gedung MIPA tempat bunuh diri korban (kiri), serta pesan cerita salah satu mahasiswa korban kepada temannya. foto: rusmiyanto/BANGSAONLINE

Saat dipertanyakan jatuhnya korban karena terpeleset atau melompat atau dibunuh? AKP M. Akhyar menyatakan, korban tewas murni karena bunuh diri.

"Memang dari pihak keluarga korban meminta tolong agar kematian korban tidak perlu dipublikasikan. Namun, hal tersebut kita tolak karena kita akan lakukan penyelidikan lagi apakah ada dugaan pembunuhan, meski sementara ini kita pastikan itu adalah bunuh diri," papar M. Akhyar.

M. Akhyar berkeyakinan sementara, peristiwa tersebut adalah bunuh diri karena ditemukan ada bukti sms dari ponsel korban yang dikirim ke menantunya dan istrinya.

"Papa pamit di mobil ada terpal bungkus jenazah yang berada di dalam mobil. Jenazah papa bawa pulang, maafkan, MIPA ITS," isi sms dari korban.

M. Akhyar juga menambahkan, kemungkinan korban melakukan aksi bunuh diri dengan cara menjatuhkan diri ke arah belakang badan, sehingga jatuhnya di tanah terlentang.

Namun saat ditanyakan kenapa jatuhnya korban jauh dari bangunan gedung MIPA? "Untuk itu, tunggu hasil oleh TKP yang dilakukan oleh Identifikasi Polrestabes Surabaya," ujarnya.

Penyebab korban nekat bunuh diri disebabkan sakit yang dideritanya tidak kunjung terobati, yakni penyakit jenis Metastase Larva stong Ilus (pembulu darah otak) yang diderita oleh korban dan sudah menyerang selama 2 tahun.

Hal tersebut dibenarkan oleh M. Akhyar, bahwa sakit yang dideritanya sudah lama. "Keterangan yang kita dapat dari pemeriksaan kepada menantu dan istri korban, bahwa korban menderita sakit yang sudah cukup lama, kemungkinan itu yang membuat dia putus harapan", tambahnya.

Namun kembali ditemukan informasi dari salah satu mahasiswa di . Murid yang tidak berkenan menyebutkan namanya, memberikan sms yang masuk di ponsel pada 1 September 2015 lalu.

Sms yang berisi bahwa, korban pernah bercerita kepada mahasiswanya yang ada di kelas A, kalau 2 tahun mengidap penyakit yang tidak tahu apa. Hanya saja, pas 1 September kemarin akhirnya dia menemukan dokter yang bisa mendiagnosa dan menemukan adanya jenis penyakit cacing kuda.

Pihak Polsek Sukolilo tetap akan melakukan penyelidikan apakah adanya motif pembunuhan atau memang murni aksi bunuh diri. "Tetap kita lakukan pemeriksaan kepada pihak-pihak terkait, meski pihak keluarga korban keberatan untuk dipublikasikan," tutup M. Akhyar. (yan/dur)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO