Jakarta(bangsaonline)Kapolri Jenderal Sutarman menyebut ada puluhan WNI yang pergi ke Suriah.
Mereka di sana ikut berperang dan diduga bergabung dengan ISIS.
"Karena kita juga sudah mengidentifikasi juga masyarakat kita yang pergi
ke Suriah melalui negara kedua atau ketiga sehingga sampai di sana dan
teridentifikasi lebih kurang ada 56 orang yang berada disana, dan tiga di
antaranya beberapa waktu lalu yang meninggal di sana," kata Sutarman di
Mabes Polri, Jl Trunojoyo, Jakarta, Senin (4/8/2014).
Karena itu, lanjut Sutarman, tak heran kalau kemudian WNI yang berada di sana
berupaya merekrut masyarakat yang lain. Diketahui juga mereka diduga jaringan
Santoso yang pernah bermain di Poso.
"Beberapa pernyataan yang menyatakan dukungan, tentu menjadi informasi
bagi seluruh bangsa Indonesia, karena ini adalah perjuangan politik, bukan
hanya sekedar perjuangan agama," katanya memaparkan.
Selain itu, Sutarman juga tidak menampik adanya upaya perekrutan terhadap
masyarakat Indonesia untuk bergabung dengan kelompok ISIS di Indonesia.
"Ada upaya mengajak masyarakat Indonesia dari kelompok ISIS ini untuk
mengajak masyarakat Indonesia untuk bergabung dan berjuang dengan ISIS yang ada
di sana," jelasnya.
Baca Juga: Polsek Prajurit Kulon Ikuti Peluncuran Gugus Tugas Polri Mendukung Program Ketahanan Pangan
Sementara Panglima Tentara Nasional Indonesia (TNI) Jenderal Moeldoko
menilai keberadaan Kelompok Islamic State of Iraq and Syria (ISIS) sebagai
ancaman. Ia tegas mengatakan, bahwa ISIS tidak boleh berkembang di Tanah Air.
"ISIS nggak boleh berkembang. Kalau berkembang repot negara ini,"
kata Moeldoko.
Pernyataan itu disampaikan Moeldoko kepada wartawan Markas Besar (Mabes) TNI
Cilangkap, Jakarta Timur, Senin (4/8/2014) pagi. Ketika itu, ia tengah
mengadakan acara halal bi halal bersama para petinggi dan prajurit serta staff
di lingkungan TNI.
Menurut Moeldoko, Indonesia adalah bangsa yang pluralis. Maka katanya,
keberadaan ISIS sangat meresahkan dan bisa membuat bangsa menjadi terpecah
belah jika dibiarkan.
"Bangsa ini menjadi terpecah, karena kalau berbicara pluralisme, itu jadi
repot nanti kita. Ada kecenderungan simbol simbol itu menjadi hak milik
seseorang. Nggak boleh dong," imbuh Moeldoko saat ditanya soal bahaya
keberadaan ISIS di Indonesia.
Ditambahkan Moeldoko, dirinya juga khawatir jika ISIS dibiarkan, berpotensi
menimbulkan gerakan makar. "Bisa ke sana (makar-red). Bisa," ucapnya.
"Tapi nanti kita akan bicara lebih jauh (soal ISIS-red). Silahkan tanya
minggu depan boleh, saya siapkan," sambung Moeldoko.
Pagi ini Moeldoko akan berangkat ke Istana Negara di Jalan Medan Merdeka Utara,
Jakarta Pusat. Ia mengaku akan bertemu Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono
(SBY) untuk membahas soal ISIS.
"Saya mau rapat sekarang, sebentar lagi di istana mau rapat bicara tentang
ini. Biar nggak ada miss," pungkas Moeldoko seraya berjalan menuju mobil
dinasnya untuk berangkat ke Istana Negara.
Sebelumnya, mantan pegawai Badan Keamanan Nasional (NSA) Amerika Serikat Edward Snowden menyatakan jika Islamic State of Iraq and Syria (ISIS) merupakan organisasi bentukan dari kerjasama intelijen dari tiga negara.
Dikutip dari Global Research, sebuah organisasi riset media independen di Kanada, Snowden mengungkapkan jika satuan intelijen dari Inggris, AS dan Mossad Israel bekerjasama untuk menciptakan sebuah negara khalifah baru yang disebut dengan ISIS.
Baca Juga: Silaturahmi Pj Gubernur Jatim, Kapolri dan Panglima TNI Singgung Insiden Berdarah di Sampang
Snowden mengungkapkan, badan intelijen dari tiga negara tersebut membentuk sebuah organisasi teroris untuk menarik semua ekstremis di seluruh dunia. Mereka menyebut strategi tersebut dengan nama 'sarang lebah'.
Dokumen NSA yang dirilis Snowden menunjukkan bagaimana strategi sarang lebah tersebut dibuat untuk melindungi kepentingan zionis dengan menciptakan slogan Islam. Berdasarkan dokumen tersebut, satu-satunya cara untuk melindungi kepentingan Yahudi adalah menciptakan musuh di perbatasan.
Strategi tersebut dibuat untuk menempatkan semua ekstremis di dalam satu tempat yang sama sehingga mudah dijadikan target. Tak hanya itu, adanya ISIS akan memperpanjang ketidakstabilan di timur tengah, khususnya di negara-negara Arab.
Baca Juga: Kapolri dan Panglima TNI Luncurkan Gugus Tugas Polri Mendukung Program Ketahanan Pangan di Sidoarjo
Berdasarkan dokumen tersebut, pemimpin ISIS Abu Bakar Al Baghdadi pun mendapatkan pelatihan militer setahun penuh dari Mossad, Israel. Al Baghdadi juga mendapatkan kursus teologi dan retorika dari lembaga intelijen zionis itu.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News