PACITAN, BANGSAONLINE.com - Masa purna tugas bagi seorang ASN maupun anggota TNI-Polri terkadang membuat mereka loyo tak punya semangat bekerja. Kondisi seperti itu utamanya dipengaruhi kemampuan organ tubuh yang sudah banyak menurun. Apalagi fisik dan daya pikir.
Namun berbeda dengan purnawirawan anggota Polri berpangkat brigadir di Pacitan ini. Justru di masa pensiun seakan menemukan kebangkitan kedua dalam hidupnya. Dia adalah Suyono.
Baca Juga: Info BMKG: Selasa Dini Hari ini, Trenggalek Diguncang Gempa Magnitudo 5,4
Memasuki masa pensiun sebagai anggota polisi dua tahun lalu, ia seakan mendapatkan hidayah menjadi seorang marbot masjid.
Tiap hari sejak memasuki awal Ramadhan lalu, pria 65 tahun ini banyak menghabiskan waktu untuk ngurusi Masjid Nurul Iman yang kebetulan berlokasi di dekat rumahnya di lingkungan Ngampel, Kelurahan Ploso, Kecamatan/Kabupaten Pacitan. Mulai menyirami halaman masjid, sampai mengepel lantai ia jalani saban hari tanpa menaruh rasa gengsi ataupun malu lantaran menyandang predikat sebagai seorang pensiunan Polri.
"Saya ikhlas menjalani rutinitas sebagai marbot masjid. Soal status pensiunan polisi, itu kan hanya gelar duniawi yang tak akan bisa dibawa ke akhirat nantinya," ujarnya, Selasa (12/6).
Baca Juga: Khofifah Kader Ideologis Gus Dur, Loyalitas tanpa Batas
Sikap keikhlasan pensiunan polisi ini mengingatkan masyarakat akan keteladanan yang ditunjukkan Brigjenpol Umar Septono, mantan Kapolda Sumsel yang dikenal sangat agamis dan menghabiskan hampir seluruh waktunya untuk kegiatan umat. Suyono memang bukan seorang jenderal polisi. Ia hanyalah seorang bintara yang berpenghasilan pas-pasan. Namun jiwa sosialnya tak ubahnya seperti yang ditunjukan seorang jenderal polisi bintang dua Umar Septono.
Sehingga bukan hal yang aneh bila belakangan ini banyak media cetak maupun elektronik yang mempublikasikan kegiatan sehari-hari yang dilakoni Suyono tersebut. Apalagi publik masih memandang Suyono sebagai mantan anggota polisi dengan uang pensiun yang terbilang cukup.
"Profesi yang saya jalani ini bukanlah sebagai pencitraan atau meniru yang lain. Sebab saya tidak punya pamrih atau kepentingan apapun. Pekerjaan ini saya jalani semata-mata hanya karena ibadah," ceritanya pada pewarta.
Baca Juga: Istri Kades di Pacitan Ngaku Dijambret dan Kehilangan Uang Rp14 Juta, Ternyata...
Sebelum menjalani profesi barunya sebagai seorang marbot masjid, Suyono memang sudah dikenal "ringan tangan". Setiap ada warga yang kesusahan ia selalu tampil paling depan untuk memberikan bantuan. Tidak hanya bantuan tenaga, namun materi pun banyak yang disumbangkan untuk keperluan kemasyarakatan. Sehingga tak salah bila takmir masjid melalui musyawarah mufakat, menetapkan pria asal Kecamatan Pringkuku ini sebagai seorang marbot.
Selain itu, pria bertubuh subur ini juga dikenal pintar mengaji dan sering mengajari anak-anak yang saban sore datang ke masjid.
"Awalnya memang akan diberikan honor bulanan, namun saya menolak menerimanya. Lebih baik saya dipecat jadi marbot masjid kalau sampai dibayar. Saya ikhlas semata-mata karena ibadah dan berharap Rahmad Allah SWT," tandasnya. (yun/rev)
Baca Juga: Haduh! Sapi Milik Warga Pacitan ‘Nyangkut’ di Atap Rumah
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News