NEW YORK, BANGSAONLINE.com - Joaquín ‘El Chapo’ Guzmán (61), bos kartel narkoba asal Meksiko, adalah penjahat paling nomor 1 di dunia. Dia dihargai setara dengan Rp 210,6 Triliun.
Besok pagi, Rabu (13/11/2018), Pemerintah AS akan mengadili El Chapo di gedung pengadilan Federal Brooklyn di AS.
Baca Juga: Miris Peredaran Narkoba di Blitar, Mulai Libatkan Anak-anak di Bawah Umur
Sejarah kriminal Joaquín ‘El Chapo’ Guzmán yang hampir mistis mencapai ketinggiannya, yaitu dengan membanjiri Amerika dengan kokain lebih dari 200 ton. Administrasi Penindakan Narkoba yang kuat tidak punya pilihan selain mengumumkan secara terbuka bahwa dia adalah target utama dan menjadi musuh nomor satu di dunia.
Meskipun bertubuh kecil, tidak ada yang berani berdiri lebih tinggi daripada bos kartel Sinaloa yang kejam ini. Selama masa kepemimpinannya, jalanan di Meksiko barat laut berwarna merah oleh darah seseorang yang menghalangi jalannya. El Chapo membangun kartel narkobanya, senilai Rp 163 triliun,
El Chapo mempunyai idola Pablo Escobar. Dia meniru kepemimpinan Escobar, dan menjadi sangat sukses. Ia pernah menduduki peringkat ke-55, sebagai orang yang paling kuat di planet ini.
Baca Juga: Polres Situbondo Gerebek Pesta Sabu di Desa Buduan, Amankan 1 Orang dan 2,3 Gram BB
Namun, jaksa berharap bisa menutup teror Meksiko selama lima dekade, atas ulah El Chapo.
Dia diadili dengan tuduhan memimpin perusahaan kriminal yang bertanggung jawab untuk mengimpor dan mendistribusikan sejumlah besar narkotika dan bersekongkol untuk membunuh saingan yang menjadi ancaman.
El Chapo menjadi legenda kriminal, melalui kartel Sinaloa yang dikendalikannya. Pengadilan akan menghubungkan dengan Scarface, dan perseteruan melawan geng rival, Los Zetas.
Baca Juga: Diduga Hendak Edarkan Sabu, Seorang Pria di Ngawi Diamankan Polisi
“Sekitar 2006, anak buah El Chapo menggiring dua anak buah Zetas kepadanya,” kata Jaksa dalam surat dakwaan. “Setelah makan siang, El Chapo menginterogasi keduanya. Mereka dipukuli lalu keduanya ditembak di kepala dengan senjata laras panjang. El Chapo memerintahkan anak buahnya menggali lubang, membuang dua mayat ke dalam lubang dan membakarnya.”
Jaksa telah menyiapkan sejumlah saksi bintang termasuk sejumlah saingan, sekutu, dan sekali pasukan setia, bersama dengan para ahli kartel dan petugas penegak hukum dengan harapan juri akan mendukung mereka.
Ke-12 juri, yang identitas dan kehidupannya dilindungi polisi bersenjata lengkap, akan belajar bagaimana Guzmán bangkit dari remaja miskin menjadi baron narkoba terbesar di dunia.
Baca Juga: Wanita Pengedar Sabu Seberat 24 Kg dan 20 Ribu Butir Ekstasi Bebas Dari Hukuman Mati, Kok Bisa?
Mereka akan menceritakan bagaimana Guzman mulai menjual ganja di sekolah dasar, dan pada usia 15 menjadi tulang punggung ekonomi keluarga, hingga akhirnya mendapatkan miliaran dari perusahaan kriminalnya.
El Chapo memasuki dunia kejahatan terorganisasi dan mulai bekerja untuk raja obat Héctor "El Güero" (Blondy) Palma di akhir 70-an, mengawasi pergerakan obat-obatan dari Sinaloa menuju perbatasan AS.
Karena kejam, ia segera mendapatkan reputasi. Dia selalu menembak mati setiap anak buahnya jika mereka terlambat dalam pengiriman narkoba.
Baca Juga: Selundupkan Sabu di Sandal usai Sidang, Polisi Selidiki Tahanan Lapas Ngawi
Pada awal 80-an, dia bekerja untuk Félix “El Padrino” Gallardo, buron narkoba terkemuka di Meksiko pada saat itu dan kepala Kartel Guadalajara. Guzmán bertanggung jawab atas logistik, yang bertugas mengoordinasi pengiriman obat di empat benua dalam armada truk, pesawat, perahu nelayan, dan kapal selam yang selalu berubah.
Ketika Gallardo ditangkap pada 1989 karena pembunuhan seorang agen DEA, Guzmán dan beberapa orang lain mengambil alih pembentukan Kartel Sinaloa. Dengan cepat mereka mulai memproduksi dan mendistribusikan sabu-sabu, heroin, ekstasi dan marijuana. Hasil olahannya, disebar di 50 negara.
Pihak berwenang akhirnya menangkap Guzmán di Guatemala pada Juni 1993. Dia diekstradisi ke Meksiko dan dijatuhi hukuman 20 tahun penjara dengan keamanan maksimum atas tuduhan narkoba dan pembunuhan.
Baca Juga: Pengedar Narkoba di Krembangan Surabaya Ditangkap Polisi, Pelaku Akui Beli di Madura
Meskipun berada di balik jeruji, pengaruh kuat dari El Chapo tidak mereda. Dia menyuap penjaga untuk mempertahankan gaya hidup mewah. Dia selalu dipasok pelacur kelas atas dan mengatur kartel narkobanya dari penjara.
Pada tahun 2001, setelah keputusan oleh Mahkamah Agung Meksiko membuat ekstradisi antara Meksiko dan Amerika Serikat lebih mudah, Guzmán melarikan diri dengan berani. Setelah menyuap lebih dari 70 penjaga, dia didorong keluar dari penjara yang tersembunyi di dalam keranjang cucian. Untuk pelarian ini, dia mengeluarkan uang sampai Rp 38 miliar.
Bagi banyak orang Meksiko, El Chapo adalah sosok mirip Robin Hood, dibantu oleh cerita-cerita tentang dia berjalan-jalan dengan bebas di jalan-jalan kota, tanpa ada yang berani mengganggunya. Dalam satu insiden yang dilaporkan, orang-orang El Chapo dikatakan telah memasuki sebuah restoran sebelum dia memberi tahu para pengunjung: "Tuan-tuan, tolong. Beri saya waktu Anda sebentar. Seorang pria akan masuk, bos.
Baca Juga: Hendak Ambil Ranjauan Sabu, Polisi Tangkap Dua Pria di Surabaya dan Sidoarjo
"Kami meminta Anda tetap di tempat duduk Anda; pintu akan ditutup, dan tidak ada yang diizinkan untuk pergi. Anda juga tidak akan diizinkan untuk menggunakan selulars Anda. Jangan khawatir; jika Anda melakukan segala sesuatu yang diminta dari Anda, tidak akan ada yang terjadi. Terus makan dan jangan minta cek Anda. Bos akan membayar."
Dia sangat ingin mempertahankan pangsa pasarnya Amerika yang diilustrasikan dia memerintahkan istrinya untuk pergi ke Amerika untuk melahirkan di AS. Sehingga dia akan memiliki pijakan aman baru di negara ini. Pihak berwenang mencoba menghentikan upaya ini saat melintasi perbatasan demi melahirkan. Berhubung petugas tak mempunyai surat resmi, akhirnya istri El Chapo dilepas. Dia berhasil melahirkan di AS tetapi nama keluarga dikosongi dalam akte kelahiran.
Keberuntungannya berakhir pada Februari 2014 setelah ia ditangkap di sebuah hotel di area tepi pantai Mazatlan, Sinaloa. Meksiko menolak permintaan Amerika untuk Guzmán diekstradisi ke Amerika. Dan akan diadili di Meksiko.
Baca Juga: Pura-Pura Mancing, Pengedar Narkoba di Ngawi Ditangkap Polisi
Pada tanggal 11 Juli 2015, El Chapo mengukuhkan reputasinya sebagai Houdini penjahat, saat dia menyelinap di terowongan tembus sel penjara dan melarikan diri. Terowongan ini sangat panjang dan pembangunannya perlu satu tahun. Sayangnya, enam bulan berikutnya, dia ditangkap di kota pesisir Los Mochis, Sinaloa. Dan dia segera diekstradisi ke Amerika.
Kini setelah hampir dua tahun berada di sel isolasi di New York, tim pembela El Chapo yang dibayar Rp 76,7 milar, akan tertarung keras untuk membebaskannya. Mereka termasuk pengacara top Manhattan Jeffery Lichtman bersama dengan dua pengacara pembela kriminal yang pernah mewakili musuh El Chapo, Alfredo Beltran Leyva.
Saksi-saksi potensial termasuk komandan pasukan El Chapo, Vicente Zambada, putra Guzmán; Pedro dan Margarito Flores, saudara-saudara dari Chicago yang sebelumnya bersaksi bahwa mereka melayani sebagai distributor Amerika; dan Damaso Lopez Nuñez, sipir dari penjara Puente Grande yang membantunya melarikan diri.
Dalam beberapa minggu terakhir saja, jaksa telah menyerahkan 14.000 halaman dokumen tuntutan, sebagian besar dalam bahasa Spanyol.
Untuk pemilihan juri, Guzmán hampir tidak mengucapkan sepatah kata pun dalam sidang praperadilan. Sikapnya yang khas di ruang sidang adalah tatapan kosong yang dipadukan dengan hampir keheningan yang sepenuhnya bertentangan dengan reputasi kejamnya.
Minggu lalu dia sempat memohon kepada hakim untuk membiarkan dia memeluk ratu kecantikannya, sebelum kasusnya terbuka. "Saya dengan hormat menulis untuk meminta agar Guzman diizinkan memberi istrinya, Emma Coronel Aispuro, ucapan singkat dan pelukan hangat," pengacara Mariel Colon Miro menulis dalam surat kepada Hakim Brian Cogan.
Dia bersikeras itu tidak akan menjadi risiko keamanan, dan mengatakan itu akan menjadi "gerakan kemanusiaan" karena Guzman, yang ditahan di sel isolasi, "belum diizinkan untuk melakukan kontak dengan istrinya baik melalui telepon atau secara langsung" sejak dia tiba di New York pada bulan Januari tahun lalu.
Coronel Aispuro (29) digambarkan menjalani kehidupan mewahm sementara suaminya 11 tahun dipenjara. Pasangan itu menikah ketika dia berumur 18 tahun.
Senjata yang ditemukan di gudang rumahnya.
.
Sel Ec Chapo di Meksiko.
.
LUbang untuk meloloskan diri.
.
Terowongan menuju penjara dengan troli pakai rel.
.
Tempat akhir terowongan yang digali anak buah El Chapo.
.
Istri El Chapo, Emma Coronel Aispuro, yang disebut dengan julukan Ratu Kecantikan oleh sang suami.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News