TRENGGALEK, BANGSAONLINE.com - Jumlah pengidap HIV-AIDS di Trenggalek mengalami penurunan. Hal ini berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (Dinkesdalduk & KB) Kabupaten Trenggalek.
"Jadi bila kita lihat dari data yang ada, jumlah penderita HIV-AIDS mengalami penurunan. Di tahun 2017 jumlah pengidap HIV-AIDS 65 orang, kemudian pada tahun 2018 angkanya mengalami penurunan menjadi 54 orang," kata Dr. Sugito Teguh ketika dikonfirmasi di ruang kerjanya, Senin (14/1).
Baca Juga: Tanggapan Netizen Soal Wacana Surat Bebas HIV-AIDS Bagi Warga Trenggalek yang Hendak Menikah
Dr. Sugito Teguh lantas berusaha menerangkan perbedaan antara HIV dan AIDS. Menurutnya, HIV itu merupakan virus yang menginjeksi tubuh manusia. Meski demikian, manusia yang terinjeksi virus HIV terlihat masih segar bugar. Lain halnya dengan AIDS, jika manusia terinfeksi AIDS maka akan tampak gejala gejala secara nyata di tubuh manusia itu, seperti halnya bintik bintik hitam di kulit, tubuh terlihat kurus dan kering. Selain itu, akan sering terjadi diare, dan yang terakhir sering mengalami batuk yang tak kunjung sembuh.
"Jadi jika seseorang masih terindikasi penyakit HIV itu masih bisa disembuhkan, asalkan yang bersangkutan mau mengonsumsi obat-obatan yang kita sarankan. Bahkan dalam jarak sepuluh tahun jika yang bersangkutan rutin mengkonsumsi obat dari yang kita sarankan, kemungkinan besar bisa sembuh. Tapi jika AIDS, itu cukup sulit untuk diobati," terangnya.
"Paling lama orang yang telah mengidap AIDS hanya mampu bertahan hidup dalam jangka waktu 5 tahun," cetusnya.
Baca Juga: Usulan Ketua Bapemperda: Warga Trenggalek yang Hendak Nikah Harus Punya Surat Bebas HIV/AIDS
Adapun media penularan yang utama dari penyakit HIV-AIDS ada tiga, yakni dengan cara berhubungan kelamin, penularan dari ibu ke anak saat hamil, dan penularan dari jarum suntik oleh pengguna narkoba.
"Kenapa penularan melalui jarum suntik itu bisa terjadi? Karena jarum suntik yang digunakan oleh para pengguna narkoba itu biasanya digunakan secara bergantian dan dalam rentang waktu yang cukup cepat. Nah di sanalah penularan itu bisa terjadi," terangnya. (man/dur)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News