Dalam tulisan edisi ketiga, M Mas’ud Adnan menguraikan kegalauan
Gus Sholah tentang pejabat yang korupsi akibat akhlak yang keropos dan tak punya integritas sehingga tak mampu menjaga amanah. Pada edisi
keempat ini ia menulis karakter Gus Sholah yang mengayomi semua golongan. Selamat membaca:
Redaksi
Baca Juga: Polemik Nasab Tak Penting dan Tak Ada Manfaatnya, Gus Fahmi: Pesantren Tebuireng Tak Terlibat
13. Suka Minta Pendapat
“Dik Mas’ud, kapan kita bisa ketemu,” inilah kalimat yang sering saya dengar dari Gus Sholah. “Ini ada masalah yang harus kita bicarakan dengan teman-teman.” Saya pun mengontak para kiai, sesuai nama yang beliau sebut.
Ketika kami sudah berkumpul, baik di Tebuireng, maupun di Surabaya atau Jakarta, Gus Sholah memaparkan masalah. Setelah itu Gus Sholah minta satu per satu mengemukakan pendapat.
Baca Juga: Terima Dubes Jepang untuk Indonesia, Pj Gubernur Jatim Bahas Pengembangan Kerja Sama
Jadi Gus Sholah sering minta pendapat orang lain. “O, gitu,” itulah respons Gus Sholah ketika saya atau teman-teman menyampaikan pendapat. Beliau lalu mencari titik tengah dengan menguraikan secara sistematis.
14. Tidak Memonopoli Pendapat
Gus Sholah memang tokoh yang sangat terbuka. Gus Sholah bukan tipe tokoh yang suka memonopoli pendapat.Juga bukan tipe tokoh yang gemar mengusai pembicaraan. Gus Sholah justeru sangat suka mendengarkan pendapat orang lain.
Baca Juga: Silaturahmi ke Keluarga Pendiri NU, Mundjidah-Sumrambah Minta Restu
Gus Sholah membiarkan lawan bicaranya menyampaikan pendapatnya secara leluasa. Dan dengan sabar dan penuh perhatian Gus Sholah mendengarkan.
15. Mendengar Banyak Pendapat
Suatu ketika Gus Sholah WA saya. Beliau cerita bahwa pengurus salah satu ormas di Jakarta minta izin mau pasang foto Gus Sholah di markasnya. Saat itu ormas tersebut mau bikin acara massal, setelah tokoh sentralnya pergi ke Saudi Arabia dan tak kembali lagi.
Baca Juga: Ziarah ke Makam Pendiri NU, Khofifah: Gus Dur dan Gus Sholah itu Guru Saya, Beliau Sosok Istimewa
“Bagaimana menurut sampean,” tulis Gus Sholah dalam WA-nya kepada saya. Gus Sholah sendiri mengaku belum memutuskan, apakah mengizinkan atau tidak.
Saat itu saya berpendapat, sebaiknya Gus Sholah tidak mengizinkan fotonya dipajang karena tokoh sentralnya sendiri tak ada di Indonesia.
Tampaknya Gus Sholah tidak hanya minta pendapat saya, tapi juga teman-teman atau tokoh lain. Intinya, Gus Sholah selalu mendengarkan pendapat orang banyak, sebelum mengambil keputusan.
Baca Juga: Persiapan Konferwil NU Jatim Capai 100 Persen, Pembukaan Siap Digelar Malam ini
16. Mengayomi Semua Golongan
Salah satu karakter Gus Sholah yang menonjol adalah pengayomannya kepada semua golongan. Watak ini tampaknya mewarisi karakter kepemimpinan kakeknya, Hadratussyaikh KHM Hasyim Asy’ari dan ayahnya, KH A Wahid Hasyim. Karena itu Gus Sholah disukai pimpinan semua golongan dan pimpinan semua organisasi keagamaan dan kemasyarakatan.
Lihat saja, misalnya, hubungan mesranya dengan ketua umum Pengurus Pusat Muhammadiyah Prof Dr Haedar Nashir. Hebatnya, integritas Gus Sholah sebagai tokoh NU tak sedikitpun luntur. Di tengah pergaulan dengan semua aliran dan golongan itu, Gus Sholah justeru dipandang sebagai tokoh NU yang mampu mengayomi semua pihak dan golongan.
Baca Juga: Ponpes Tebuireng Siap Gelar Konferwil NU XVIII
Karena itu, meski pada tahun-tahun terakhir hidupnya, Gus Sholah tak menjabat dalam kepengurusan PBNU, tapi banyak ormas di luar NU yang sering mengundang Gus Sholah sebagai tokoh representasi NU. Maklum, selain pemikiran-pemikiran Gus Sholah sangat obyektif, juga sangat bersih sebagai tokoh NU. Apalagi Gus Sholah dzurriyah pendiri NU, yaitu Hadratussyaikh.
17. Tokoh Berintegritas, Clean and Clear
Gus Sholah dikenal sebagai tokoh nasional yang bersih dan berintegritas. Banyak sekali tokoh dan ulama terkemuka yang menilai Gus Sholah secara moral terjaga. Diantaranya, KH Hasyim Muzadi (almaghfurlah), mantan ketua umum PBNU dua periode.
Baca Juga: Ribuan Santri Tebuireng Takbir Keliling dan Bakar Sate Massal, Idul Adha Makin Seru
Menurut Kiai Hasyim Muzadi, Gus Sholah adalah tokoh nasional yang tak pernah punya persoalan, baik secara moral apalagi hukum. “Gus Sholah itu tokoh nasional yang clean dan clear,” kata Kiai Hasyim Muzadi dalam pertemuan di Pondok Pesantren Al-Hikam Depok Jawa Barat.
Karena itu pendiri Pondok Pesantren Al-Hikam Malang dan Depok Jawa Barat itu mendorong Gus Sholah maju sebagai ketua umum PBNU pada Muktamar NU ke-33 di Jombang. (m mas’ud adnan/bersambung)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News