Mengintip Tradisi Marajakani, Sunatan Anak Laki-Laki Suku Tengger

Mengintip Tradisi Marajakani, Sunatan Anak Laki-Laki Suku Tengger Salah satu proses ritual tradisi Marajakani suku Tengger. (foto: ist).

PROBOLINGGO, BANGSAONLINE.com - Selain Yadnya Kasada, suku Tengger Gunung Bromo juga dikenal dengan tradisi Marajakani. Istilah itu merupakan tradisi sunatan bagi anak laki-laki.

Jika pada umumnya anak laki-laki melakukan sunat ke dokter, namun berbeda dengan warga suku Tengger. Tradisi ritual Marajakani tetap melekat meskipun perkembangan zaman sudah merambah digital.

Baca Juga: Disdikbud Kota Probolinggo Gelar Apresiasi Seni Budaya

“Tradisi ritual tetap ada di warga suku Tengger,” ujar Ketua Suku Dukun Tengger, Supoyo kepada wartawan, Kamis (6/8/2020).

Dalam pelaksanaan ritual tersebut, warga yang melakukan khitanan pada anak laki-lakinya harus mendatangkan dukun sunat. Bahkan, harus menyiapkan berbagai sesaji.

“Salah satunya harus menyediakan ayam jago,” katanya.

Baca Juga: Bersama Ribuan Warga, Gubernur Khofifah Menyatu dalam Petik Laut di Kraksaan Probolinggo

Supoyo menjelaskan, saat melakukan ritual khitanan itu, jengger ayam jago itu kemudian dipotong. “Jenggernya dipotong. Setelah itu daging ayamnya diantar ke rumah sang dukun,” katanya.

Tradisi Marajakani, imbuh dia, merupakan tradisi leluhur yang sudah turun temurun bagi warga Tengger. Biasanya anak laki-laki yang dikhitan itu berusia 10 tahun.

“Jadi sebelum pelaksanaan ritual itu, orang tua anak laki-laki yang dikhitan harus mencari hari dan pasaran yang bagus,” kata Supoyo.

Baca Juga: Ter Ater Tajin Sorah Masih Jadi Tradisi Warga Probolinggo

Sementara untuk mencari hari dan pasaran itu, berbeda dengan kalender umum, namun menggunakan kalender atau penanggalan yang dimiliki oleh warga suku Tengger sendiri. (prb1/zar)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO