JAKARTA, BANGSAONLINE.com – Dr. KH. A. Malik Madani, Katib Aam Syuriah PBNU periode 2010-2015, menilai bahwa duet ideal dan harmonis untuk memimpin PBNU ke depan adalah Prof. Dr. KH. Asep Saifuddin Chalim, M.A. untuk Rais Aam, dan Dr H As'ad Said Ali untuk Ketua Umum PBNU.
“Keduanya telah terbukti pengorbanan dan kontribusinya kepada NU. Ķeduanya telah selesai dengan dirinya, sehingga dijamin tidak akan mencari hidup dan kekayaan dari NU. NU sangat membutuhkan sosok pemimpin seperti kedua beliau. Semoga Allah SWT mengabulkan keinginan suci ini,” tegas Kiai Malik Madani kepada BANGSAONLINE.com, Jumat (17/12).
Baca Juga: Rais Aam PBNU Ngunduh Mantu dengan Pemangku Pendidikan Elit dan Tim Ahli Senior di BNPT
Ada argumen lain yang sangat penting, kata Malik Madani, mengacu kepada tupoksi (tugas pokok dan fungsi) Syuriyah dan Tanfidziyah dalam struktur organisasi NU.
“Syuriyah adalah pemegang kedaulatan tertinggi. Dia menjadi pengarah, penuntun, dan pembina yang harus dipatuhi "titah"-nya oleh Tanfidziyah sebagai pelaksana tugas organisasi sehari-hari. Untuk itu diperlukan lembaga Syuriyah yang kuat dan berwibawa dengan Rais 'Aam sebagai pimpinan puncaknya. Sosok Kiai Asep sangat cocok untuk itu,” kata Kiai Malik Madani.
Menurut Kiai Malik Madani, Kiai Asep lahir dari lingkungan darah biru NU. “Ayahandanya, KH Abdul Chalim Lewuimunding adalah salah seorang muassis NU. Kiai Asep adalah ulama yang sekaligus intelektual dengan gelar profesor dan doktor. Keandalannya dalam manajemen dan organisasi tidak diragukan lagi. Hal ini terbukti dengan kesuksesannya dalam mengelola dan membesarkan Pondok Pesantren Amanatul Ummah di Surabaya dan Pacet (Mojokerto) dengan segala kelengkapan lembaganya,” kata Kiai Malik Madani.
Baca Juga: Kampanye Akbar, Tak Banyak Pidato, Khofifah dan Gus Barra Sibuk Bagi Souvenir & Borong Kue Pengasong
Menurut dia, pesantren yang didirikan dan diasuh Kiai Asep adalah pesantren yang berhasil memadukan antara modernitas dan tradisi, sehingga menjadi pesantren yang disegani di seantero negeri.
“Belum lagi keberhasilan beliau dalam menata dan membesarkan Pergunu sehingga menjadi organisasi guru yang cukup membanggakan. Dengan latar belakang kemampuan manajerial seperti itu, kita berharap bahwa Rais 'Aam akan mampu menjadikan Syuriyah sebagai pemegang kekuasaan tertinggi yang berwibawa dan bermartabat yang tidak bisa dikooptasi dan dikadali oleh Tanfidziyah,” urainya panjang lebar.
“Hal ini harus saya katakan, karena dalam banyak kasus - baik di PBNU maupun di PWNU dan tingkatan-tingkatan kepengurusan di bawahnya - Syuriyah dipimpin oleh kiai yang alim dan wira'i, tapi lemah dalam aspek organisasi dan manajemen,” katanya.
Baca Juga: Hari Santri Nasional 2024, PCNU Gelar Drama Kolosal Resolusi Jihad di Tugu Pahlawan Surabaya
Akibatnya, kata Kiai Malik Madani, NU lebih sering dikendalikan oleh Tanfidziyah. “Syuriyah lebih tampak sebagai pemberi stempel, bukan penentu kebijakan. Situasi seperti ini tidak akan terjadi apabila duet Kiai Asep-Kiai As'ad terpilih dalam Muktamar ke-34 nanti,” tegasnya.
Hal ini, kata dia, bukan saja karena kemampuan manajerial Rais 'Aamnya yang andal, melainkan juga karena kemampuan ketua umumnya dalam memanaj organisasi dan birokrasi lewat kariernya di Badan Intelijen Negara (BIN).
“Kita tahu, Kepala BIN berganti beberapa kali, tapi Wakil Ketua BIN tetap As'ad Said Ali. Kemampuan Kiai As'ad yang seperti ini tidak perlu dikhawatirkan mendorong dirinya untuk mengkooptasi Syuriyah, karena Kiai As'ad adalah produk Pesantren Al Munawwir Krapyak Yogyakarta yang sangat low profile, tawadlu', dan sangat menghormati dan menghargai kiai dalam arti yang sebenar-benarnya, bukan menghargai dalam arti memberikan harga atau tarif untuk para kiai. Wal-'iyadz billaah. Semoga impian untuk menduetkan kedua tokoh ini menjadi kenyataan! Aamiin yaa Mujiibas-saailiin!,” harap Kiai Malik Madani. (mma)
Baca Juga: Elektabilitas Terus Melejit, Khofifah: Banyak Doa Kita Temukan di Pasar
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News