Indonesia Tak Lagi Ramah? Akibat Islam Radikal, Kristen Ekstrem, dan Tionghoa Intoleran

Indonesia Tak Lagi Ramah? Akibat Islam Radikal, Kristen Ekstrem, dan Tionghoa Intoleran Jozeph Paul Zhang. Foto: you tube

JAKARTA, BANGSAONLINE.com - Indonesia mulai berubah. Tak lagi ramah. Lihat saja media sosial. Penuh caci maki dan rasis. Budi luhur, akhlak mulia, dan terpuji sudah dicampakkan. Dibuang jauh ke comberan.

Sejak kapan? Sejak Pemilihan Gubernur DKI Jakarta. Tahun 2012. Yang diikuti banyak pasangan calon gubernur. Mereka adalah calon petahana Fauzi Bowo (Foke)-Nachrowi Ramli (diusung Demokrat, PAN, Hanura, PKB, PBB, PKNU, dan PMB).

Lalu Joko Widodo (Jokowi)-Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) (diusung PDIP dan Gerindra). Kemudian Hidayat Nur Wahid- Didik J Rachbini (diusung PKS), dan Alex Noerdin-Nono Sampono (diusung Golkar, PPP, PDS Patriot dan sejumlah partai kecil lainnya).

Bahkan ada dua nama pasangan calon independen. Yaitu Hendardji Soepandji-Ahmad Riza Patria dan Faisal Basri-Biem Triani Benjamin.

Pada Pilkada 2012 inilah buzzer mulai berkecamuk. Seorang wartawati media paling besar dan berpengaruh di Jakarta terang-terangan kepada saya mengaku mendukung Jokowi-Ahok.

“Ahok jadi media darling saya,” kata wartawati itu dengan bangga. Itu ia ucapkan setelah Jokowi-Ahok menang.

Sejak itulah buzzer terus bergerilya. Semula masih wajar. Fokus memuji tokoh pujaannya. Tapi lama-lama semakin kasar. Bahkan kurang ajar.

Kali ini mereka bukan hanya saling caci soal tokoh. Tapi menghujat agama. Kelompok Kristen ekstrem menghujat Nabi Muhammad SAW. Mereka mengolol-olok Nabi Muhammad peldofil.

Hujatan itu semakin kasar dan vulgar. Menyerang al-Quran, kitab suci umat Islam. Fakta dan contoh paling mutakhir adalah sikap ekstrem dan radikal yang dipertontonkan pendeta Saifuddin Ibrahim dan M Kace. Atau tokoh etnis Tonghoa rasis dan intoleran Jozeph Paul Zhang.

Kelompok Islam pun panas. Tersinggung. Mereka membalas. Menyerang Yesus. “Yesus tuhan katok kolor. Porno,” tulis mereka.

Islam radikal pun keluar. Mereka menyerang kelompok Kristen. Terjadilah caci maki. Tak pernah henti.

Di antara kelompok Islam radikal itu tercatat nama Ustadz Yahya Waloni dan yang lain. Namun berbeda dengan kelompok Kristen yang membela Pendeta Saifuddin Ibrahim dan M Kace, tokoh-tokoh Islam justru mempersoalkan Waloni.

(Yahya Waloni dalam tangkapan layar hadits tv)

KH Cholil Nafis, tokoh NU, misalnya, mengeritik keras Waloni. Menurut Ketua MUI itu, Waloni tak mewakili umat Islam karena paham dan ilmu keagamaannya jauh dari memadai. Bahkan, menurut Cholil Nafis, Waloni belum layak jadi ustadz. Ia hanya seorang mu’allaf yang baru masuk Islam dan masih perlu belajar tentang Islam yang sebenarnya.

Yang tak kalah kasar dan brutal adalah buzzer intoleran etnis Tonghoa. Mereka bukan hanya membabi buta membela Tiongkok. Tapi juga menyerang pribumi muslim dan etnis Arab. Siapa saja yang mengeritik Tiongkok – terutama Presiden China XI Jinping - pasti dicaci maki, meski kadang cacian mereka tak rasional dan menggelikan.

Mereka lupa bahwa Presiden Republik Indonesia adalah Joko Widodo, bukan Jinping. Tapi mereka tak mau tahu. Siapapun yang mengeritik Tiongkok, sikap brutal mereka di medsos langsung keluar. Bahkan orang yang obyektif dan toleran pun mereka hujat jika mengeritik Jinping atau China.

Klik Berita Selanjutnya

Lihat juga video 'Semua Agama Sama? Ini Kata Gus Dur':


Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO