"Ini menjadikan rakyat semakin sengsara," cetus Davit.
Menurutnya, yang harus diatur pemerintah seharusnya adalah kategori masyarakat yang bisa membeli BBM subsidi. Sebab, selama ini BBM subsidi justru banyak dikonsumsi masyarakat menengah ke atas.
"BBM subsidi tidak tepat sasaran. Jadi ada 80 persen masyarakat kelas menengah ke atas mengonsumsi BBM bersubsidi, dan selebihnya masyarakat kelas menengah ke bawah," ungkapnya.
Karena itu, Aliansi Cipayung Plus menuntut agar pemerintah membatalkan kebijakan menaikkan harga BBM dan TDL. "Mendesak pemerintah pusat untuk mengevaluasi kinerja BPH migas, memberantas pemburu rente," sebutnya.
Selain itu, mahasiswa juga menuntut pemerintah menunda PSN (proye strategis nasional) yang tidak berpihak kepada rakyat. "Alihkan kepada subsidi BBM dan segera bangun energi terbarukan. Lakukan reformasi perpajakan dan wujudkan pajak berkeadilan, mengajak masyarakat umum untuk mengawal kebijakan, dan kami mengecam represivitas aparat di ruang-ruang demokrasi," tutupnya.
Dalam aksi tersebut mereka menuntut untuk bertemu dengan Ketua DPRD Jember dan para ketua fraksi. Namun, mahasiswa hanya ditemui oleh Ketua DPRD Jember beserta wakilnya. Sedangkan ketua fraksi yang muncul, hanya dari Partai Kesejahteraan Sosial (PKS).
Aksi berakhir pasca DPRD menandatangani pakta integritas yang disuguhkan oleh mahasiswa, tanpa memberikan komentar. (yud/bil/rev)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News