Berkilah Cuma Juru Ketik, Mbah Muchith, Kiai Penggagas Khitah 26 Itu telah Pergi

Berkilah Cuma Juru Ketik, Mbah Muchith, Kiai Penggagas Khitah 26 Itu telah Pergi KHA Muchith Muzadi saat masih hidup menerima Khofifah Indar Parawansa, Ketua PP Muslimat NU. Ia selalu akrab dan senang berdiskusi dengan kader muda NU.

Namun niat mulia para kiai itu tak mudah untuk direalisasikan karena Kiai Idham Chalid yang didukung para politisi seperti KH Chalid Mawardi yang kemudian dikenal sebagai kubu Cipete sangat kuat mengakar di PCNU dan PWNU seluruh Indonesia. Maklum, Kiai Idham Chalid mimpin PBNU selama 28 tahun.

Maka para kiai di bawah pengaruh Kiai As’ad Syamsul Arifin dan kiai lain yang kemudian dikenal sebagai kubu Situbondo berinisiatif memakai sistem pemilihan Ahlul Halli Wal Aqdi untuk memotong mata rantai gerakan Idham Chalid pada Muktamar NU ke-27 di Situbondo.

Namun berbeda dengan sistem Ahlul Halli Wal Aqdi yang dipraktikkan di Muktamar NU ke-33 di alun-alun Jombang yang penuh rekayasa, pemaksaan dan riswah (money politics), sistem Ahlul Halli Wal Aqdi yang diterapkan di Muktamar NU ke-27 di Situbondo bertumpu pada kharisma para kiai NU yang memang bersih dan wira’i, di samping disiapkan secara matang melalui prosedur sesuai dengan AD/ART.

Sehingga para Muktamirin yang hadir dalam Muktamar NU ke-27 merasa ikhlas karena hak-hak mereka tak terampas seperti pada Muktamar NU ke-33 di alun-alun Jombang. Selain itu, para kiai yang mimpin Ahlul Halli Wal Aqdi dalam Muktamar NU ke-27 di Situbondo memang punya muruah tinggi dan tak satupun cacat moral.

Maka dengan tekad kembali ke khitah 26 Ahlul Halli Wal Aqdi yang dipimpin Kiai As’ad Syamsul Arifin itu mulus memilih KH Ahmad Siddiq sebagai Rais Am Syuriah dan KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) sebagai Ketua Umum Tanfidziah PBNU. Bahkan Kiai Idham Chalid yang semula tarik ulur antara menerima dan menolak karena pengaruh para politisi di sekelilingnya, akhirnya sam’an wathaatan kepada para kiai.

Sejak itulah sejarah NU berubah 180 derajat. NU yang semula dikendalikan para politisi berubah menjadi gerakan sosial keagamaan di bawah kendali para kiai. Bahkan Gus Dur kemudian menggerakkan NU ke dalam gerakan civil society yang mengarah kapada pembedayaan warga NU di akar rumput. Sementara di kalangan elit NU bisa menyelamarkan keutuhan nasional lewat penerimaan Pancasila sebagai satu-satunya asas dalam bernegara. Praktis NKRI dan Pancasila aman dan menjadi perekat bangsa. Karena itu banyak pihak menganggap NU sebagai penyeimbang dan penyelamat Negara Republik Indoensia.

Nah, dari proses sejarah NU yang sangat dramatis itu tampak sekali peran Mbah Muchith sangat besar di balik peran besar para kiai besar NU. (bersambung)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Lihat juga video 'Mobil Dihadang Petugas, Caketum PBNU Kiai As'ad Ali dan Kiai Asep Jalan Kaki ke Pembukaan Muktamar':


Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO