Jadi Driver Perahu Tambang Demi Lanjutkan Sekolah

Jadi Driver Perahu Tambang Demi Lanjutkan Sekolah Dandi Romadhoni saat beraksi mengoperasikan perahu tambangnya.

BOJONEGORO, BANGSAONLINE.com - Sungai Bengawan Solo di Kabupaten , Jawa Timur, memberi banyak berkah bagi masyarakat yang tinggal di daerah bantaran. Sungai terpanjang di pulau jawa itu selain bermanfaat sebagai irigasi pertanian, juga untuk industri kecil seperti membuat batu bata, membuat genteng hingga perahu penyeberangan untuk akses warga.

Seperti juga harapan bocah kelas X (10) di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) PGRI 2 , Dandi Romadhoni. Pelajar asal Desa Tulung, Kecamatan Trucuk, Kabupaten itu setiap hari menjadi operator penambang perahu penyeberangan untuk mendapat uang.

Baca Juga: Aktif Tanggulangi Kemiskinan di Jatim, Pj Gubernur dan Mensos Apresiasi Kerja Pilar Kessos

Uang itu kemudian digunakan untuk membayar sekolah dan uang sakunya. Biasanya ia mulai menambang perahu sepulang sekolah. Dandi, sapaan akrabnya, mulai menambang sepulang sekolah hingga pukul 17.00 WIB. "Biasanya juga sampai larut malam," tuturnya, Senin (11/06/18).

Setiap hari, dia bisa mendapat uang dari hasil menjadi penambang perahu penyeberangan itu sebesar Rp 15 ribu. Uang itulah yang digunakan untuk membiayai sekolahnya. Di rumah ia hanya tinggal bersama dengan neneknya.

Kedua orang tuanya berpisah. Ibunya, menurut Bu Ji, salah seorang pedagang rujak di Tambang 1, Kelurahan Jetak, sekarang tinggal di Surabaya bersama dengan suaminya yang baru. Sehingga ia terpaksa harus meninggalkan masa bermain dengan anak seusianya untuk mencari penghasilan.

Baca Juga: Deklarasi Relasi Jamur, Ketua Dekopinwil: Jangan Sampai Jatim Dipimpin Selain Khofifah

"Iya, uang ini (hasil menambang) untuk biaya sekolah dan uang jajan," kata Dandi usai menyeberangkan penumpang.

Kulitnya yang hitam, setiap hari karena terpapar panas matahari. Kepiawaiannya mengendalikan perahu tambang diperolehnya dari lamanya ia menambang. Setiap perahu penambang dioperatori dua orang. Dandi biasanya yang mengendalikan perahu, sedangkan satu orang lainnya berjaga saat menepi.

Perahu berukuran sembilan meter kali lima meter itu terbuat dari kayu papan. Perahu itu menjadi alat transportasi warga yang terpisah Sungai Bengawan Solo dengan wilayah kota.

Baca Juga: Peletakan Batu Pertama Masjid Darussalam Trucuk Bojonegoro, Khofifah Bahas soal Perdamaian Gaza

Anak Putus Sekolah

Dandi bukan tergolong siswa yang berprestasi. Meskipun demikian, semangatnya untuk tetap bisa sekolah cukup tinggi. Dia harus bisa membagi waktu antara mencari uang dan belajar. Setiap berangkat sekolah ia juga jalan kaki. Padahal, jarak rumahnya dengan sekolah cukup jauh.

"Kalau kebetulan ketemu saat berangkat atau pulang gitu biasanya saya bonceng," kata salah seorang guru di SMK PGRI 2 , Siti Qomariah ditemui terpisah.

Baca Juga: Berangkatkan Jalan Sehat Hari Koperasi di Bojonegoro, Khofifah: Penggerak Ekonomi Kerakyatan

Di kelas Dandi tidak jauh beda dengan teman yang lainnya. Dia juga tidak minder tetap bersekolah lantaran menjadi penambang perahu penyeberangan. Dia kelihatannya juga menikmati menjadi penambang perahu penyeberangan.

"Semoga berkah dan bermanfaat untuk Dandi," ucap Guru Sejarah Indonesia itu.

Dandi berkeinginan untuk tidak menjadi bagian dari ribuan siswa yang putus sekolah di Kabupaten . Jumlah siswa putus sekolah di Kabupaten pada tahun 2016-2017 yang diterima Dinas Pendidikan (Disdik) Kabupaten , masih tergolong tinggi.

Baca Juga: Baru Sebulan Musim Kemarau, Satu Desa di Bojonegoro Sudah Terdampak Kekeringan

Sesuai data yang dikumpulkan dari berbagai sumber, seperti Dinas Catatan Sipil dan Kependudukan, BPS, PKK, dan Dapodik (data pokok pendidikan) di Kabupaten ada sekitar 42.000 anak baik tingkat SD hingga SMA sederajat putus sekolah.

Dinas Pendidikan (Disdik) Kabupaten sekarang sedang memaksimalkan program penanggulangan anak putus sekolah. Sedikitnya ada tiga program dari Pemkab setempat menindaklanjuti anak-anak putus sekolah. Diantaranya program ayo sekolah, anti droup out, dan peningkatan kualitas pendidikan. Pemkab juga memberikan beasiswa bagi siswa yang tidak mampu seniai Rp 2 juta pertahun.

Kepala Bidang Pendidikan SMP, Disdik , Pudji Widodo, mengatakan, dari data tersebut, jumlah anak putus sekolah tingkat SD/MI sebanyak 10.000 anak, SMP/Mts sebanyak 11.000 anak, dan tingkat SMA/MA sebanyak 21.000 anak atau total 42.000 anak. Dia menyatakan, jumlah tersebut belum benar-benar dipastikan kebenarannya. Saat ini pihaknya mengaku sedang melakukan validasi data tersebut.

Baca Juga: Ratusan Jemaah MCA Bojonegoro Gelar Salat Iduladha dan Sembelih Hewan Kurban Hari ini

Pada tahun 2017 ini Pemkab juga menyiapkan Dana Alokasi Khusus (DAK) Pendidikan untuk beasiswa agi pelajar khususnya ditingkat SMA sederajat. Total anggarannya yang disiapkan sebesar Rp48 miliar.

Jumlah tersebut menurun jika dibanding tahun 2016 lalu sebesar Rp90 miliar lebih. Pemkab mengurangi jumlah DAK pendidikan karena adanya efisiensi anggaran 40 persen akibat penurunan dana bagi hasil minyak dan gas bumi (DBH Migas).

Selain efesiensi anggaran, penurunan jumlah DAK Pendidikan itu juga sesuai dengan hasil pemeriksaan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) tentang pembeda antara siswa miskin dan kaya. Sebelumnya semua siswa tingkat SMA di mendapat beasiswa sebesar Rp 2 juta pertahun. Hasil evaluasi, tahun ini ada klasifikasi siswa miskin dan kaya yang akan menerima beasiswa dengan jumlah yang berbeda.

Baca Juga: Pasar Desa Pungpungan Bojonegoro Dihebohkan Penemuan Mortir, Ternyata...

"Tahun ini ada klasifikasi anak dari keluarga mampu dan tidak mampu," ujar Kepala Dinas Pendidikan Bojonegorto, Hanafi.

Sebelumnya, semua anak tingkat SMA/SMA/MA kelas 2 di mendapatkan bantuan sebesar Rp2 juta per tahun. Sekarang hanya siswa dari keluarga tidak mampu saja yang mendapatkan Rp2 juta. Sementara siswa dari keluarga mampu mendapatkan bantuan sesuai cost pendidikan.

Perhitungan bantuan yang diberikan untuk siswa dari keluarga mampu dihitung melalui dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) masing-masing anak sebesar Rp1.400.000 dikurangi Cost Pendidikan sebesar Rp 2.700.000.

Baca Juga: Terinspirasi Tanaman Liar, Tatik Sukses Bikin Batik Sambiloto Bojonegoro

"Jadi, masing-masing siswa hanya mendapat Rp1.300.000 per tahun," imbuhnya.

Dandi, si bocah yang menjadi driver perahu penyeberangan di Sungai Bengawan Solo. (nur/ian)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Lihat juga video 'Perahu Penyeberangan Tenggelam di Bengawan Solo, Belasan Warga Dilaporkan Hilang':


Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO