SIDOARJO (BangsaOnline) – Suhu udara panas yang mencapai 32 derajat celcius membawa berkah tersendiri bagi para buruh tani garam, di kawasan Sedati Kabupaten Sidoarjo. Sebab cuaca panas itu, meningkatkan hasil panen garam
Tambak yang biasanya saat musim hujan itu digunakan tambak ikan namun saat musim kemarau, mulai bulan Juni hingga Desember tambak tersebut di fungsikan sebagai tambak garam.
Baca Juga: Akibat Curah Hujan Tinggi, PKL di Taman Semeru Probolinggo Keluhkan Omzet Turun
Salah satunya, Sasmito dan Sa'iha, buruh tani tambak garam di Desa Tambak
Cemandi Kecamatan Sedati, Sidoarjo mengaku diuntungkan. Pasalnya, dalam 7
bulan, Pasangan suami istri asal Desa Marengan Kecamatan Kalianget Kabupaten
Sumenep bisa menghasilkan Rp 35 Juta selama musim garam.
"Alhamdulillah, selama 7 Bulan, mulai bulan Juni hingga Desember kami bisa
menghasilkan 35 juta secara kotor. Bersihnya dengan di potong biaya kehidupan
selama di sini 25 juta hingga kami kembali ke madura," ungkap, Sa'iha,39,
istri Sasmito saat di ladang tambang garam yang dikelolanya, Rabu (10/9/2014)
sore.
Sa'iha menceritakan jika proses pengolahan hingga menjadi garam tidak teralalu
sulit. "Kita mengalirkan air mulai kadar 0 di lahan yang sudah dipetakkan,
nanti diukur dengan alat pengukur kadar garam hingga 23 hrat, itu membutuhkan
waktu satu minggu baru bisa dipanen," ujarnya.
Baca Juga: Gelombang Tinggi, Para Nelayan di Kota Probolinggo Pilih Tidak Melaut
Satu petak saat panen, ujar perempuan yang mengaku 15 tahun bertani garam di
lokasi itu, dirinya bisa mendapatkan 100 sak garam yang sudah dikemas.
"Kalo empat petak ya 400 karung setiap bulannya, kan ini sirkulasi tiap minggu gantian yang
dipanennya," ujaranya.
Namun beda, saat puncak musim panas pada akhir Oktober dirinya bisa berhasil
memanen garam 150 karung pada bulan tersebut. Hasil dari garam tiap 20 karung
seberat 1 ton seharga 600 ribu rupiah.
Namun, dalam hal tersebut pihaknya bekerja sama dengan Bos pemilik tambak.
"Jadi kalo 1 Ton seharga 600 ribu kami mendapat upah 200 ribu, yang 400
untuk bos kami, kan kita di sini hanya buruh," pungkas perempuan pada
bulan Desember nanti akan meninggalkan kota udang ini.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News