Begini Cara Pengusaha Tahu di Jombang Sikapi Naiknya Harga Kedelai Impor

Begini Cara Pengusaha Tahu di Jombang Sikapi Naiknya Harga Kedelai Impor Pabrik pembuatan tahu milik Siti Aminah.

JOMBANG, BANGSAONLINE.com - Semakin meningkatnya harga impor sejak dua pekan terakhir, tahu di Jombang, Jawa Timur mengeluh dan terpaksa harus memutar otak agar usahanya tidak gulung tikar.

Hal itu seperti yang dilakukan Siti Aminah (71), tahu asal Desa Plandi, Kecamatan/Kabupaten Jombang. Dirinya terpaksa memperkecil potongan tahu yang akan dipasarkan agar tetap bertahan dan tidak rugi.

“Sejak ada kenaikan harga ini, ya terpaksa kita buat irisan lebih kecil dari biasanya agar tidak rugi,” ujarnya saat ditemui wartawan di tempat usahanya, Selasa (05/01/21).

Dijelaskan, sebelumnya setiap kali proses masak, Aminah mampu membuat 45 potongan tahu. Namun sejak harga mencapai Rp 9.000, terpaksa diiris lebih kecil menjadi 48-50 buah.

“Sekarang labanya jadi sedikit, Biasanya diiris 45 jadi 48, yang 40 jadi 42, itu harga seribu per potong, yang 48 buah iku Rp 2.500 dapat 3 buah ke bakul (penjual), kalau ke pengecer ya seribu,” terangnya.

Meski demikian, Aminah mengaku tak menaikkan harga jual tahu siap masak itu. Sebab, dirinya khawatir para pelanggannya akan berkurang jika mengetahui harga tahu menjadi mahal dari sebelummya. “Biasanya ya seribu rupiah tapi agak besar, kalau naik seribu ya ditambah satu irisannya,” ungkapnya.

Dalam setiap hari, Siti Aminah mampu memproduksi tahu 15 hingga 17 proses masak. Di mana sekali proses, membutuhkan sekitar 13,5 Kilogram. “Kalau naik terus ya pasti akan gulung tikar,” pungkasnya.

Sementara, kenaikan harga impor sejak dua pekan terakhir mencapai Rp 2.000 hingga Rp 3.000 per kilogram. Saat ini harga itu sudah mencapai Rp 9.300 per kilogram. Padahal sebelumnya hanya seharga Rp 6.300. Kenaikan harga impor ini terjadi sejak tanggal 20 Desember 2020 lalu, dan kemudian naik lagi.

Kedelai impor ini merupakan bahan baku utama yang dipakai perajin tahu atau . Jika harganya mahal, mereka khawatir usahanya akan bangkrut karena tak sebanding dengan biaya produksi dan hasil pemasarannya. (aan/ian)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO