TRENGGALEK, BANGSAONLINE.com - Sekretaris PPPT (Perkumpulan Petani Porang Trenggalek) Kabupaten Trenggalek Joko Bagus Suyoto, S.T. mengatakan tahun ini Petani Porang Trenggalek akan mampu menghasilkan 600 juta katak porang.
"Melihat potensi porang yang cukup luar biasa ini, kami memprediksi bahwa tahun ini Trenggalek akan mampu menghasilkan 600 juta katak," ungkap Joko, Kamis (18/3).
Baca Juga: Jawaban Bupati Trenggalek Atas Pandangan Umum Fraksi-Fraksi
Angka 600 juta tersebut, kata Joko, didasarkan dari luas lahan tanaman porang yang tersebar di seluruh wilayah Kabupaten Trenggalek yang mencapai 3.000 hektare. Semengara per hektarenya rata-rata memiliki 20 ribu batang tanaman porang. Maka jika ditotal, ada 60 juta batang tanaman porang di Kabupaten Trenggalek.
"Untuk satu batang tanaman porang kita asumsikan menghasilkan 10 biji katak. Jika 10 biji katak itu kita kalikan 60 juta batang, maka produksi katak yang dihasilkan total 600 juta biji katak. Itu hitungan dalam satu tahun," jabarnya.
Lebih lanjut, Joko menerangkan bahwa harga katak saat ini mencapai Rp 150 ribu per kilogram yang rata-rata berisi 300 biji katak.
Baca Juga: Gubernur Khofifah Tawarkan Ekspor Dua Komoditas Unggulan Jatim saat Terima Konjen RRT
"Jika 600 juta biji katak dibagi 300, maka totalnya 2 juta kilo. Nah jika 2 juta kilo dikalikan harga per kilonya Rp 150 ribu, maka menghasilkan perputaran uang senilai Rp 300 miliar," rincinya.
Joko menyampaikan, perputaran uang Rp 300 miliar itu hanya terjadi pada satu komoditas berupa katak, belum termasuk umbi porang.
Sementara Ketua PPPT Kabupaten Trenggalek Ir. Agung Sudjatmiko mengatakan biji katak yang dihasilkan itu berasal dari tanaman porang yang mengalami ripah atau mati.
Baca Juga: Pernah Tak Lulus Tes Perguruan Tinggi, Mahasiswi Berjilbab Ini Kuasai Kultur Jaringan Porang
"Jadi pada tanaman porang itu, terutama pada bagian ruas batang daun, di sanalah munculnya katak," kata Agung.
Menurutnya, katak yang dipanen nanti adalah katak yang telah lepas dari ruas batang daun. Sementara katak yang masih menempel pada ruas batang daun meskipun batang tanamannya mengalami ripah belum bisa dipanen.
"Karena hal itu akan mengurangi kualitas tanaman porang itu sendiri jika ditanam nantinya," pungkasnya. (man/rev)
Baca Juga: Harga Terjun Bebas, Petani Porang di Kare Madiun Menjerit
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News