Kerja 13 Tahun Honor Nakes Rp 300 Ribu Per Bulan, Kiai Asep: Sekarang Uang Jadi Imunitas

Kerja 13 Tahun Honor Nakes Rp 300 Ribu Per Bulan, Kiai Asep: Sekarang Uang Jadi Imunitas Para tenaga kesehatan (Nakes) minta foto bersama Prof. Dr. KH. Asep Saifuddin Chalim, M.A. usah pembagian beras dan mi instan serta uang di Inistitut Pesantren KH Abdul Chalim Pacet Mojokerto. foto: mma/ bangsaonline.com

“Ya order menurun 50 persen,” kata Andi, driver ojol seusai menerima beras, mi instan, dan uang transport yang dibagikan Gus Bara.

Nakes lebih memprihatinkan lagi. Banyak di antara mereka yang sudah bekerja puluhan tahun, tapi kesejahteraan mereka masih jauh dari layak. Radika, tenaga honorer di Kecamatan Kemlagi Mojokerto, misalnya mengaku hanya dapat honor Rp 300 ribu per bulan. Padahal ia sudah bekerja di Puskesmas tersebut 13 tahun.

Mei, seorang perawat Kecamatan Jetis juga mengaku telah bekerja telah bekerja selama 5 tahun. Ia tamatan perguruan tinggi. “Jenjang pendidikan berpengaruh. Kalau SMA Rp 350 ribu. Kalau D3 Rp 450 ribu. Saya kan sarjana, Rp 550 ribu,” kata Mei kepada BANGSAONLINE.com.

Ia berharap ada perhatian dari pemerintah. “Kalau masih single mungkin cukup. Tapi kalau sudah berkeluarga kan gak cukup,” kata perempuan cantik berjilbab itu.

Muhammad Saikhu Subhan, anggota DPRD Kabupaten Mojokerto, juga mengaku prihatin dengan nasib para Nakes. Menurut Ketua DPC Hanura Mojokerto itu, para nakes juga belum menerima uang insentif penanganan Covid-19 hingga sekarang. Padahal mereka salah satu ujung tombak dalam penanganan pandemi itu.

“Mulai bulan Februari 2020 hingga sekarang mereka belum terima,” kata Muhammad Saikhu Subhan kepada BANGSAONLINE.com di sela-sela pembagian sembako bersama Kiai Asep. 

“Ini akibat pelimpahan tanggung jawab dari pusat kepada pemerintah daerah. Selain itu uangnya juga nggak ada,” tambahnya.

(Muhammad Saikhu Subhan, Ketua DPC Hanura dan anggota DPRD Kabupaten Mojokerto. foto: mma/ bangsaonline.com)

Loh, bukankah banyak anggaran yang di-refocusing untuk penanganan Covid-19? “ Ya. Yang pertama dulu kan difokuskan untuk fisik seperti alat-alat dan sebagainya,” katanya.

Kemudian refocusing kedua untuk pembelian obat-obatan. Karena itu, kata dia, pemerintah daerah harus punya giat menutup kekurangan. Apalagi, banyak sekali obat untuk penderita virus corona dari Puskesmas yang dikembalikan karena tak berkualitas. “Kalau obat-obatan di rumah sakit sudah lumayan,” katanya.

Menurut dia, memang banyak sekali beban pemkab. “Sekarang oksigen langka lagi,” katanya sembari berjanji akan segera berkoordinasi dengan pihak eksekutif untuk menyelesaikan berbagai kasus tersebut. (mma/ris) 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Lihat juga video 'Sedekah dan Zakat Rp 8 M, Kiai Asep Tak Punya Uang, Jika Tak Gemar Bersedekah':


Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO