KH Asad Said Ali: Muktamar yang Buruk Melahirkan Kepengurusan yang Buruk

KH Asad Said Ali: Muktamar yang Buruk Melahirkan Kepengurusan yang Buruk KH Asad Said Ali saat memberi sambutan.

Listen to this article

JAKARTA, BANGSAONLINE.com - Akademi Kepemimpinan Dipantara, sebuah lembaga think tank yang berfokus pada kajian kepemimpinan di kalangan , menggelar Silaturahmi Nasional bertajuk 'Penerapan Khittah Dalam Politik Kebangsaan'. 

Acara ini menghadirkan sejumlah tokoh senior , di antaranya Dr. KH. As'ad Said Ali (mantan Wakil Ketua Umum PB dan mantan Wakil Kepala Badan Intelijen Negara); Dr. A.S. Hikam (pengamat politik); KH. Arifin Junaidi; dan KH. Baidhowi Adnan (mantan Komandan Banser DKI Jakarta Tahun 1965). Acara ini digelar di Jakarta.

Dalam paparan yang disampaikan, Dr. KH. As'ad Said Ali menyoroti kondisi saat ini yang dinilai penuh dengan konflik dan kekacauan. Menurutnya, kondisi ini tidak lepas dari hasil Muktamar di Lampung yang digelar beberapa waktu lalu. Kiai As'ad mengungkapkan bahwa muktamar tersebut dipenuhi rekayasa yang berdampak buruk terhadap wajah hari ini.

“Kisruh yang kita saksikan dalam tubuh saat ini adalah produk dari Muktamar Lampung yang penuh rekayasa. Hasil dari muktamar tersebut menciptakan ketidakstabilan dalam organisasi, sehingga wajar jika kini penuh dengan konflik dan kekacauan,” ujar Kiai As'ad dalam sambutannya.

Selain Kiai As'ad, KH. Arifin Junaidi juga memberikan pandangannya terkait situasi internal dan hubungannya dengan Partai Kebangkitan Bangsa (). Ia menjelaskan tentang proses pembentukan yang disusun secara resmi oleh tim 5 dan tim 9, yang bertujuan untuk menjembatani aspirasi dalam politik kebangsaan. Menurutnya, peran sebagai representasi politik seharusnya tetap dalam koridor yang sesuai dengan nilai-nilai khittah .

Sementara itu, Dr. A.S. Hikam, dalam kapasitasnya sebagai pengamat politik, menyatakan keprihatinannya terhadap arah gerakan yang dinilai telah melenceng dari khittah yang seharusnya menjadi pijakan utama organisasi. “Khittah kini tampak tidak fokus lagi pada urusan sosial-keagamaan yang menjadi tugas pokok PB. Justru, energi organisasi banyak terkuras oleh isu-isu politik yang seharusnya bisa dihindari,” kata Dr. Hikam.

Kritik senada juga disampaikan oleh KH. Abdul Munim DZ, Pembina Akademi Kepemimpinan Dipantara. Ia menyatakan bahwa acara silaturahmi ini bertujuan untuk mengumpulkan berbagai simpul gerakan dari seluruh wilayah Indonesia guna membahas persoalan-persoalan yang sedang melanda saat ini. Menurutnya, banyak Pimpinan dan Tokoh di tingkat akar rumput yang merasa resah dengan kondisi saat ini, khususnya ketegangan antara PB dan , yang kini kian mengganggu aktifitas organisasi baik di bidang pendidikan, dakwah dan ekonomi.

“Acara ini diadakan untuk mendengarkan langsung keluhan dan pandangan dari berbagai elemen di daerah-daerah. Kawan-kawan di bawah merasa perlu penjelasan terkait apa yang sebenarnya terjadi dalam hubungan PB dan , yang telah memicu perpecahan dan mengganggu persatuan Nahdliyyin,” jelas KH. Abdul Munim DZ.

Dengan adanya forum seperti ini, diharapkan dapat kembali menemukan arah yang jelas dalam menjalankan fungsi sosial-keagamaannya, sesuai dengan khittah yang telah digariskan sejak awal. Para peserta silaturahmi berharap agar kepemimpinan dapat segera melakukan evaluasi internal dan mengambil langkah-langkah strategis untuk mengatasi berbagai persoalan yang ada.

Acara ini diakhiri dengan kesepakatan untuk terus memperkuat komunikasi dan koordinasi antar elemen , demi menjaga keutuhan organisasi dan meningkatkan kontribusi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Para peserta juga menegaskan pentingnya menjaga nilai-nilai khittah agar tetap menjadi landasan utama dalam setiap aktivitas organisasi, baik di bidang sosial-keagamaan maupun politik. (*)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Lihat juga video 'Gila NU dan Orang NU Gila, Anekdot Gus Dur Edisi Ramadan (16)':


Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO