Marak Perilaku Siswa Menyimpang, M Nuh Ajak Guru BK Lebih Peka

Marak Perilaku Siswa Menyimpang, M Nuh Ajak Guru BK Lebih Peka M Nuh ketika memberi pengarahan dalam seminar Bimbingan Konseling Peran Guru BK dalam penyalahgunaan IT dikalangan siswa yang digelar Universitas Nadhlatul Ulama

SURABAYA, BANGSAONLINE.com - Mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan M Nuh meminta guru bimbingan konseling (BK) peka terhadap perilaku sosial terhadap peserta didik. Hal ini dinilai M Nuh perlu, sebab kejahatan seksual menyasar anak dibawah umur dan itu bagikan fenomena gunung es yang sewaktu-waktu bisa muncul di permukaan.

Menurut M Nuh stikma yang selama ini dialamatkan pada guru BK bahwa mereka jahat harus segera mungkin dikikis. Guru BK harus menjadi partner,agar siswa yang mempunyai masalah mendapatkan jalan keluar.

Baca Juga: UHT Surabaya Wisuda Pertama Program Diploma 4 dan Strata 3

"Guru BP sebagai partner sekaligus orang tua. Guru BP harus direfresh tentang psikologi anak, dan karakter anak, ini perlu lho," ungkap M Nuh disela Seminar Bimbingan Konseling Peran Guru BK dalam penyalahgunaan IT dikalangan siswa yang digelar Universitas Nadhlatul Ulama (Unusa), Sabtu (14/5).

M Nuh juga menjelaskan, dari awal salah satu keprihatinan kita dibalik kemajuan yang kita raih, salah satunya adalah masalah kepribadian, sikap,personaliti. Oleh karena itu tidak ada sikap yang terbaik bagi orang yang terlambat, kecuali sekarang.Pendidikan karakter sebenarnya sudah digagas dan di implementasikan di kurikulum 2013. Namun sayang K13 kata M Nuh masih menimbulkan pro kontra sehingga sekarang ini penilaian sikap bukan prioritas utama.

"K 13 ini kan hal yang baru, memang ada guru yang belum terbiasa, tapi jika memaknai K 13 maka bisa diukur suatu pengetahuan, keberhasilan, dan sikap, jadi kalau ditarik ke sekolah, maka pelajaran apa saja harus membentuk karakter," urai dia.

Baca Juga: 2.211 Calon Mahasiswa ITS Lolos Jalur SNBT 2024, Masih Tersedia Seleksi Mandiri Kemitraan dan Umum

M Nuh sendiri tidak bisa memastikan kenapa anak-anak sampai melakukan penyimpangan. Namun menurut dia ada pangkal yang menyertai hal itu bisa didapat pada lingkungan, keluarga, bahkan di sekolah. Proses meniru ini lanjut M Nuh bisa menyebabkan anak tumbuh sebelum waktunya. Karena itu studi kasus dibutuhkan apakah yang dilakukan ini berasal dari sekolah, keluarga, atau lainnya.

"Setiap anak itu punya karakter sendiri-sendiri, ini akan menjadi bahan menarik kalau ada studi kasus investigatif, itu bisa dipelajari karakteristik keluarganya kayak apa, sekolahnya gimana, kawannya sapa saja, nanti itu bisa diketahui," terang dia.

M Nuh juga menjelaskan penyelesaian kejahatan seksual ini tidak bisa hanya sebatas teoritis dan melakukan penghujatan, ada hal lebih penting yang segera dilakukan yakni bagaimana memperbaiki sikap dan perilaku.

Baca Juga: Pembinaan dan Pengelolaan Potensi Maritim di Wilayah Pesisir pada Masyarakat Nelayan Gisik Cemandi

"Saya bukan bermaksud mengagung-agungkan ya. Cara yang paling efektif membentuk sikap dan perilaku ya pendidikan. Kalau mengandalkan masyarakat itu agak berat ya, karena mereka bebas tidak terstruktur," pungkas dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO