”Pertama, Indonesia sebagai negara Muslim Sunni terbesar di dunia dapat diperhitungkan sebagai lahan sasaran. Kedua, faktor sumber daya alam Indonesia yang terkaya dan terbesar di dunia,” katanya.
Menurut dia, tanda-tanda konflik di dalam Islam sudah mulai terasa dilanjutkan dengan konflik lintas agama yang akhirnya menjadi konflik agama dan negara.
”Reformasi Indonesia sejak amandemen UUD 1945 tahun 2002 memudahkan masuknya anasir-anasir konflik tersebut karena keterbukaan Indonesia yang sangat luas baik menyangkut ideologi, agama, politik, hukum, pendidikan dan budaya. Oleh karenanya kasus-kasus konflik tersebut menyangkut juga konflik kawasan seperti rawannya situasi keamanan Papua dan di lingkar perbatasan Indonesia,” tegas Kiai Hasyim Muzadi.
Untuk menanggulangi masalah-masalah berat tersebut, menurut Kiai Hasyim Muzadi, haruslah dengan penguatan Ahlussunnah Wal Jamaah an-Nahdliyah, tata organisasi NU, dan peranan NU pada tingkat nasional dan internasional. Sayangnya, di kalangan umat nahdliyin sendiri sudah mulai digerogoti oleh ideologi lain dan menurunnya peranan NU.
Karena itu ia berharap jangan sampai NU dilemahkan lewat penyusupan ideologi lain yang sedang bertikai di dunia tersebut serta parpolisasi NU yang akan memperkecil peranan NU itu sendiri.
Selainitu, kata Kiai Hasyim Muzadi, penanggulangan penyakit-penyakit bangsa seperti narkoba, terorisme, LGBT, korupsi, dan neokomunisme, harus benar-benar diperhatikan. Sebab kalau tidak berhasil ditanggulangi maka akan runtuhlah nasionalisme Indonesia dan bahkan berganti penguasaan asing terhadap Indonesia. Ironisnya, dalam kondisi tantangan yang semakin berat, NU justeru menjadi semakin lemah. (ma)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News