​Bantu Kiai Asep, Polisi-TNI Masuk Gang-gang Sempit Bagikan Beras dan Uang

​Bantu Kiai Asep, Polisi-TNI Masuk Gang-gang Sempit Bagikan Beras dan Uang Salah satu aparat polisi sedang membagikan beras per orang 5 kg dan uang Rp 50 ribu sedekah dari Kiai Asep Saifuddin Chalim, kepada warga Siwalankerto Utara Surabaya, Jumat (22/5/2020). foto: MMA/ BANGSAONLINE.COM

Selain itu, Kiai Asep juga mengadakan kegiatan sosial yang membantu mereka. “Pemuda-pemuda saya berikan kaos,” ungkap Ketua umum Persatuan Guru Nahdlatul Ulama (Pergunu) itu.

Bukan hanya itu. Kiai Asep juga menyantuni para janda, fakir miskin. “Ya tidak banyak. Para janda itu kita kasih Rp 300 ribu tiap orang,” katanya. Kebiasaan menyantuni para janda ini terus dilakukan Kiai Asep hingga sekarang. Pantauan BANGSAONLINE.com, Jumat hari ini, Kiai Asep selain membagikan beras ke kampung-kampung, juga membagikan uang Rp 300 ribu kepada para janda. Pembagian uang untuk para janda di-handle salah satu putrinya, Neng Zahroh.

Nah, dari aksi-aksi sosial yang istiqamah itu, akhirnya warga Siwalankerto mulai berubah. Banyak mereka yang kemudian berperilaku baik. “Ternyata kadang-kadang dakwah bil-hal (tindak nyata), dengan memperhatikan kebutuhan mereka, dapat seperti itu (berubah menjadi baik-Red),” kata Kiai Asep.

Memang, kata Kiai Asep, masih ada beberapa orang yang masih tetap berperilaku tidak baik. Tapi yang dominan adalah orang-orang yang baik. “Tapi yang mendukung saya dan pondok pesantren lebih dominan,” kata Kiai Asep.

Bahkan ada seorang yang semula sangat anti Kiai Asep, tapi ketika menjelang meninggal ia malah menjadi pendukung setia Kiai Asep. “Dia seorang angkatan laut. Namanya Pak Pur. Dia kemudian menjadi orang paling setia kepada saya,” kata Kiai Asep.

Kiai Asep juga mencontohkan dakwah bil-hal di Kembangbelor. Yang dimaksud Kembangbelor adalah kampung di Pacet Mojoketo yang kini menjadi area Pondok Pesantren Amanatul Ummah yang didirikan Kiai Asep. Pondok pesantren ini sangat besar dan kini memiliki 8.000 santri.

“Di Kembangbelor juga begitu. Dulu, tak ada orang salat,” kata Kiai Asep. Bahkan musala di kawasan kampung ini banyak tahi ayamnya. Karena tak pernah dipakai untuk salat. Tapi setelah Kiai Asep mendirikan Pondok Pesantren Amanatul Ummah, kini mayoritas salat. “Sekarang 99 persen orang di Kembangbelor salat,” tuturnya.

Padahal, kata Kiai Asep, tak ada orang berdakwah di kawasan ini. Hanya saja mereka oleh Kiai Asep diberdayakan secara ekonomi. Ada yang dijadikan tukang bangunan, diberi pekerjaan laundry dan sebagainya. Jadi, kata Kiai Asep, dakwah bil-hal itu kadang jauh lebih efektif.

Menurut Kiai Asep, status sosial-ekonomi pendakwah sangat menentukan. Artinya, seorang pendakwah yang secara ekonomi kurang mampu, kadang tak dihiraukan oleh masyarakat. Beda dengan pendakwah yang kaya. Karena masyarakat juga butuh sentuhan ekonomi. Nah, setelah kebutuhan materi mereka diperhatikan, barulah dakwah billisan itu efektif dan dibutuhkan. (MMA)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Lihat juga video 'H Muhammad Faiz Abdul Rozzaq, Penulis Kaligrafi Kiswah Ka'bah Asal Pasuruan':


Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO