KEDIRI, BANGSAONLINE.com - Tim dari Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Kediri menduga kelima arca yang ditemukan oleh warga Dusun Dorok Desa Puncu, Kabupaten Kediri adalah peninggalan era Kerajaan Mataram Kuno. Era di mana Kerajaan Kediri, Kerajaan Singosari, maupun Kerajaan Majapahit belum lahir.
Hal itu disampaikan oleh Yuli Marwantoko, Kabid Sejarah dan Purbakala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Kediri, usai melakukan pengecekan terhadap lima patung tersebut, Minggu (17/1).
Baca Juga: Warga Gelar Kirap Agung Budaya di Candi Dorok
Menurut Yuli, Kerajaan Mataram Kuno berdiri pada abad ke-8 hingga abad ke-11 masehi dan dikenal dengan sebutan Bhumi Mataram. Kerajaan Mataram yang bercorak Hindu-Buddha ini diperintah oleh dua dinasti yang berbeda, yaitu Dinasti Syailendra dan Dinasti Sanjaya.
"Diduga (peninggalan) era Mataram kuno terakhir. Tapi untuk menentukan kebenarannya, kita masih menunggu koordinasikan dengan BPCB (Balai Pelestarian Cagar Budaya) Jawa Timur," kata Yuli.
Menurut Yuli, pihaknya mengetahui adanya penemuan lima Arca tersebut setelah mendapat laporan dari Pemerintah Desa Manggis sehari sebelumnya. "Setelah kami teliti, kelima arca yang ditemukan itu adalah Arca Ganesha, Agastya, Siwa, Dewi Parwati, dan Mahakala," tutup Yuli.
Baca Juga: BPK Wilayah XI Jatim Lakukan Ekskavasi Situs Petirtaan di Kawasan Bandara Internasional Dhoho Kediri
Diberitakan sebelumnya, lima buah arca ditemukan warga di Dusun Dorok, Desa Manggis, Kecamatan Puncu, Kabupaten Kediri. Arca-arca setinggi 40 - 60 cm tersebut ditemukan salah seorang warga saat menggali tanah di lahan lereng Gunung Kelud, untuk keperluan dijual sebagai tanah uruk.
Kelima arca tersebut ditemukan oleh seorang penggali tanah di titik berbeda, namun masih dalam lokasi yang sama.
Tunggal (51), Ketua RT 1 RW 3 Dusun Dorok Desa Manggis Kecamatan Puncu, Kabupaten Kediri, menjelaskan bahwa kelima arca tersebut sebenarnya sudah ditemukan pada bulan November 2020 lalu. Namun, oleh si penemu baru dilaporkan ke dirinya sebagai Ketua RT, Jumat (15/1) kemarin.
Baca Juga: Situs Candi Adan-Adan di Kabupaten Kediri Digali Lagi
"Pelaporan penemuan arca tersebut memang terlambat. Tapi itu dilakukan semata-mata karena menunggu proses penggalian tanah uruk di lahan Pak Didit itu selesai semua," kata Tunggal ketika ditemui BANGSAONLINE.com di rumahnya, Sabtu (16/1).
Setelah mendapat laporan penemuan arca, Tunggal lalu melapor ke pemerintah desa dan mengamankan kelima arca tersebut ke rumahnya.
"Bersama Pak Kasun, kelima arca tersebut kami ambil dari rumah Pak Sukarno. Sekarang kelima Arca tersebut sudah tersimpan di rumah saya, menunggu petugas dari Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Kediri datang mengecek," ujar Tunggal.
Baca Juga: Arca Pentul Akhirnya Diangkat dari Dasar Sungai, Bakal Dijadikan Objek Wisata Budaya
Menurut Tunggal, yang mengetahui ada penemuan arca adalah Sukarno (45). Ia saat itu mengawasi proses penggalian tanah. Ketika tanah digali sedalam sekira 1 meter, ditemukan 4 arca.
"Selang dua hari, ditemukan 1 arca lagi di tempat berbeda, tapi di lokasi penggalian yang sama, jaraknya sekitar 5 meter dari tempat ditemukannya keempat arca yang ditemukan pertama," terang Tunggal.
Ditambahkan oleh Tunggal, bahwa tempat di mana ditemukan lima arca tersebut berjarak sekitar 1 km arah timur dari Candi Dorok yang ditemukan sebelumnya. (uji/rev)
Baca Juga: Kabupaten Madiun Tetapkan 14 Bangunan, Candi, dan Benda Sebagai Cagar Budaya
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News