Belajar di Gardu Selama 4 Tahun, SMP di Kedungdung Sampang Butuh Perhatian Pemerintah

Belajar di Gardu Selama 4 Tahun, SMP di Kedungdung Sampang Butuh Perhatian Pemerintah Kegiatan belajar siswa-siswi di sebuah tongkrongan kopi. Foto : Mutammim/BANGSAONLINE.com

SAMPANG, BANGSAONLINE.com - Kondisi ruang kelas belajar Sekolah Menengah Pertama Swasta Al-Lathifi yang berada di Dusun Kasangkah, Desa Banyukapah, Kecamatan Kedungdung, Sampang, perlu mendapatkan perhatian.

Pasalnya, para siswa-siswi terpaksa harus belajar di ruang terbuka.

Dari pantauan di lokasi, kegiatan belajar mengajar (KBM) diselenggarakan di atas gardu yang terbuat dari anyaman bambu disebabkan karena ruang kelas tidak memadai.

Kepala Sekolah SMPS Al-Lathifi, Nurahmat membenarkan jika kegiatan belajar mengajar diruang terbuka.

Menurut dia, dikarenakan ruang kelas tidak memadai karena tidak mempunyai gedung baru.

“Di SMPS Al-Lathifi ini tersedia hanya dua ruang kelas saja, sedangkan kalau melihat dari jumlah siswa seharusnya harus memiliki enam ruang belajar,” ucapnya,saat ditemui BANGSAONLIN.com, Senin, (31/7/2023).

Nurahmat menambahkan, dengan kondisi yang seperti ini, para siswa tidak patah semangat belajar seperti halnya dengan siswa pada umumnya yang dilengkapi fasilitas atau sarana prasarana lainya, tetapi dari itu dirinya mempunyai harapan besar kepada Pemerintah untuk mendukung semangat belajar penerus bangsa ini.

“Walaupun tidak mempunyai gedung seperti sekolah lainnya, rasa semangat belajar saya akui punya semangat besar. Oleh sebab itu Pemerintah layak membantu membangun gedung baru,” ungkapnya.

Minimnya sarpras yang dimiliki oleh SMPS Al-Lathifi, membuat kegiatan mengajar antara kelas VII, VIII, dan IX sangat terganggu karena ruang kelas hanya diberi pembatas triplek.

“Karena jarak terlalu dekat antara kelas satu dan satunya apalagi hanya diberi batas triplik maka kegiatan belajar sangat terganggu karena ramai di kelas satunya,” imbuhnya.

Sementara itu, salah satu guru SMPS Al-Lathifi, Musrifah (30) mengatakan, tidak kondusifitas kegiatan belajar mengajar karena minimnya sarana prasarana yang disediakan, apalagi gedung terbatas dan jumlah siswa yang lumayan banyak.

“Ruang kelas yang ada hanya dua saja itupun disekat dengan pembatas triplek, dari itu konsentrasi saat memberikan materi tidak maksimal,” ungkapnya.

Sebagai tenaga pendidik, dirinya mempunyai konsep baru mengajak para siswa belajar diluar ruang kelas agar para siswa tidak merasa bosan karena gedung sekolah tidak layak.

“Belajar diluar kelas hanya saja untuk lebih efektif dan para siswa bisa bersentuhan dengan alam,” tegasnya. (tam/sis)

Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO