PROBOLINGGO, BANGSAONLINE.com - Mustasyar Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Kraksaan dan Kabupaten Probolinggo Hasan Aminuddin menilai upaya pemilihan Rais Am menggunakan sistem Ahlul halli wal aqdi (AHWA) di Muktamar Nahdlatul Ulama (NU) ke 33, melecehkan Rais Syuriah se-Indonesia. Karena alasan itu, politikus yang juga duduk sebagai anggota Komisi VIII DPR ini terang-terangan menolak sistem AHWA di Muktamar NU Jombang, Jawa Timur pada 1 hingga 5 Agustus mendatang.
"Sejak awal saya tidak setuju AHWA. Karena
mengidentikkan Rais Syuriah itu doyan duit. Riswah (suap) kan? Argumentasi
beliau-beliau (ulama NU yang setuju sistem AHWA) itu mengantisipasi riswah.
Dianggap kiai-kiai itu doyan duit apa? Ada ketersinggungan saya," kata
Hasan seperti dikutip merdeka.com, Selasa (21/7).
Politikus Partai NasDem ini juga dengan lantang
mengatakan tidak akan takut berseberangan dengan kiai-kiai yang merekomendasi
sistem AHWA di Muktamar NU Jombang nanti. Sebab, dia mengaku memiliki suara
cukup banyak mengajak kader NU untuk menolak sistem AHWA.
"Di sini Mustasyar saya, ada dua cabang (PCNU
Kabupaten Probolinggo dan Kota Kraksaan). Punya dua biting (dua suara di
Muktamar ke-33). Kalau orang lain yang bicara enggak punya suara. Awak punya
modal, dua suara," ujar Hasan.
Ketika ditanya apakah Hasan tidak takut sikapnya
akan menyinggung para kiai yang mendukung AHWA, dia menyatakan tidak masalah.
"Ndak apa-apa tersinggung, itu pendapat saya. Anda kan tanya pendapat
saya, ya itu," ucap Hasan.
Hasan menyatakan, sistem AHWA bisa melecehkan Rais Syuriah. "AHWA melecehkan Rais Syuriah seluruh Indonesia. Itu yang
pertama. Yang kedua, itu melanggar AD/ART. Kalau mau menerapkan AHWA, ubah dulu
AD/ART, baru diterapkan lima tahun mendatang kalau disetujui muktamirin
(peserta muktamar)," lanjut Hasan.
Mantan Bupati Probolinggo dua periode ini mengaku
mendukung mantan Ketum PBNU, KH Hasyim Muzadi, sebagai Rais Am.
"Saya punya modal dua biting untuk mengajak Rais Syuriah se-Indonesia. Ngajak dukung Kiai Hasyim. 70 persen menolak AHWA," ucap suami Bupati Probolinggo, Puput Tantriana Sari, ini.
Sementara untuk calon ketua Tanfidziyah, Hasan
mengaku masih istikharah di antara tiga nama. Yaitu KH Salahuddin Wahid (Gus Solah)
yang kini Pengasuh Ponpes Tebuireng Jombang, Kiai Said Aqil Siroj, Ketum PBNU
sekarang, dan As'ad Said Ali, Waketum PBNU. "Tapi kalau untuk Rais Am, ndak boleh
digugat, Kiai Hasyim," tutup Hasan. (mer)
Baca Juga: Mitos Khittah NU dan Logika Kekuasaan
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News