SURABAYA, BANGSAONLINE.com - Sebagai tokoh penggerak kiai-kiai pendukung Calon Gubernur dan Wakil Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa-Emil Elestianto Dardak, Dr KH Asep Saifuddin Chalim, MA, merasa mulai jadi sasaran fitnah. Ini terutama setelah ia jadi tuan rumah halaqah 400 ulama, kiai, habaib, masyayikh NU yang kemudian melahirkan seruan fatwa fardlu ‘ain mendukung Khofifah-Emil. Namun pengasuh Pondok Pesantren Amanatul Ummah Surabaya dan Pacet Mojokerto ini tampak tenang.
”Kok sempat-sempatnya pada bulan suci Ramadan ada orang menebar provokasi dan fitnah lewat media sosial,” kata Kiai Asep Saifuddin Chalim, Selasa malam (5/6/2018).
Baca Juga: Sahabat Ning Lia Nganjuk Sokong Lia Istifhama Menuju DPD RI
Apa bentuk fitnahnya, kiai? Beredar stiker bergambar Kiai Asep disertai pernyataan cukup provokatif: KIAI SEPUH YANG DUKUNG GUS IPUL & MBAK PUTI PENGKHIANAT ALLOH & ROSUL. Di stiker itu juga ada tulisan: Orang yang menyarankan memilih Gus Ipul itu tidak boleh diikuti sebab mereka sudah berkhianat kepada Allah dan Rasulnya.
“Padahal saya tak pernah mengucapkan itu, apalagi membikin stiker. Dalam pidato-pidato saya juga tak pernah saya menyatakan seperti itu,” kata Kiai Asep.
“Kalau mengutip Hadits memang ya. Sebab Hadits yang saya kutip itu rasional. Karena inti Hadits itu menekankan agar kita memilih pemimpin yang lebih baik, lebih mampu, lebih berkuliatas, dan lebih paham al-Quran dan Hadits. Kan wajar saya menyarankan masyarakat memilih calon yang lebih berkualitas dan lebih paham agama. Masak saya mau menyarankan memilih pemimpin yang gak berkualitas dan gak paham agama,” tambahnya.
Baca Juga: KPU Jatim Ajukan Anggaran Pilgub Rp 1,9 Triliun, DPRD Jatim: Tak Masalah, Asal...
Uniknya, di bagian bawah stiker itu tertulis: KH Asef Saifuddin Chalim, Pengasuh PP Amanatul Umat – Pacet, Mojokerto. Stiker itu dikesankan seolah-olah dibuat oleh Kiai Asep atau tim Khofifah-Emil. Padahal jika dicermati ada dua kejanggalan dan kesalahan fatal.
”Pertama, masak nama saya ditulis KH Asef, pakai F. Nama saya kan pakai P, Asep,” kata Ketua Umum Pusat Persatuan Guru Nahdlatul Ulama (Pergunu) itu sembari tersenyum.
”Saya gak nuduh siapa-siapa. Tapi dari segi penulisan nama itu saja sudah jelas bukan dari saya atau tim Bu Khofifah,” kata Kiai Asep. Lagi-lagi kiai fasih bahasa Arab dan Inggris itu tersenyum.
Baca Juga: Ini 15 Nama Cagub Potensial Jatim 2024 Hasil FGD Political Centre
Kejanggalan kedua, tutur Kiai Asep, nama pesantren yang diasuhnya. “Nama pesantren saya kan Amanatul Ummah, bukan Amanatul Umat. Jadi pakai akhiran H, bukan T, dan M-nya dua, bukan satu,” kata Kiai Asep yang Mustasyar PCNU Kota Surabaya itu. Jadi jelas sekali bahwa pembuat stiker itu dari pihak yang punya niat jelek dan kampanye negatif.
“Tapi gak papa. Mungkin lagi panik atau gimana. Tapi saya bersyukur, karena meski saya difitnah tapi Allah SWT langsung menunjukkan bahwa si pembuat stiker itu ternyata melakukan kesalahan sehingga ketahuan kalau ini bukan dari saya tapi bagian dari kampanye negatif, ” katanya.
Sebagai kiai NU, Kiai Asep merasa bahwa orang yang menfitnah itu tak paham kultur dan akhlak NU. ”Jelek-jelek begini saya kan anak pendiri NU. Jadi kalau yang bikin stiker itu paham kultur NU dan punya akhlak NU tak mungkin mengadu sesama kiai seperti itu,” tegas putra KH Abdul Chalim, salah satu kiai pendiri NU itu.
Baca Juga: Penuhi Nadzar Kemenangan Khofifah-Jokowi, Kiai Asep Umrohkan Tim 35 Kabupaten
Kiai Abdul Chalim adalah komunikator NU yang juga bertugas membuat dan mengantarkan surat dan mengurus administrasi saat proses pendirian NU. Kiai Abdul Chalim yang teman akrab KH Abdul Wahab Hasbullah itu juga dipercaya sebagai Naibul Katib (Katib Tsani) Syuriyah PBNU pertama. Sedang Kiai Abdul Wahab Hasbullah Katib Awal Syuriyah PBNU.
Menurut Kiai Asep, kalau ada yang tak bisa menerima hasil halaqah 400 kiai NU, sebaiknya digelar dialog terbuka secara positif. ”Kiai Afifuddin Muhajir kan sudah siap untuk dialog terbuka secara positif dan sehat. Kita pelihara tradisi keilmuan NU yang terbiasa dengan bahtsul masail,” pintanya.
Sementara KH Muchlis Muhsin mengatakan, selama mendampingi Kiai Asep tak pernah mendengar pernyataan seperti yang tertulis pada stiker itu. “Sudah jelas sekali itu rekayasa dan provokatif,” kata pengasuh Pondok Pesantren Al-Anwar Modung Kwanyar Bangkalan Madura itu.
Baca Juga: Janji Temui Agus, Gubernur Khofifah Malam Ini Kembali ke Surabaya
“Rekayasa kok terlalu vulgar dan kasar. Puasa-puasa mengadu domba kiai. Yang bikin stiker itu pasti bukan dari kelompok NU. Yah, kita tahulah,” tambahnya.
Bahkan, menurut Kiai Muchlis, dalam stiker itu disebut Gus Ipul dan Mbak Puti. "Kalau kami biasanya menyebut Puti aja, gak pakai Mbak. Jadi kalau dalam stiker itu disebut Mbak Puti, kita tahulah siapa yang membuat," jelasnya.
Seperti diberitakan, 400 ulama, kiai, habaib, dan masyayikh NU menghukumi fardlu ‘ain memilih Khofifah dalam pemilihan gubernur Jawa Timur. Fatwa itu mendapat respon luas dari masyarakat. Fatwa itu didasarkan pada Hadits dalam As-Sunanul Kubro lil-Imam Baihaqi yang artinya: “Barangsiapa memilih pemimpin dari kalangan orang Islam dan dia tahu bahwa ada yang lebih layak berkaitan dengan kepemimpinan dari pada yang adia pilih dan dia lebih pandai tentang Al-Quran dan Al-Hadits, maka sungguh dia berkhianat kepada Allah, kepada Rasul-Nya, dan kepada kaum muslimin.”
Baca Juga: Loyalis Pakde Karwo Deklarasi Dukung Jokowi-KH Ma'ruf Amin di Jatim
Namun fatwa itu dapat reaksi dari KH Ahmad Fahrur Rozi (Gus Fahrur), salah satu kiai pendukung Gus Ipul-Puti. Gus Fahrur bahkan menghukumi hadits itu dhoif. “Setelah kami teliti, Hadits yang mereka klaim untuk menetapkan hukum fardlu ‘ain memilih KIP (Khofifah Indar Parawansa-red) adalah jenis hadits dhoif, yang sama sekali tidak boleh dipakai sebagai landasan penetapan hukum sesuai kaidah fiqh yang disepakati para ulama,” tulis Gus Fahrur yang disiarkan kepada wartawan dan grup-grup WA.
Gus Fahrur juga mengatakan bahwa penetapan Khofifah lebih baik dari Gus Ipul adalah sepihak, subyektif, dan gegabah. “Karena hanya berdasarkan debat publik yang sama sekali bukan ukuran obyektif,” kata Gus Fahrur yang pengurus PWNU Jatim dan pengasuh Pondok Pesantren An-Nur Bululawang I Malang.
Pernyataan Gus Fahrur ini lantas mendapat respon dari KH Afifuddin Muhajir, Wakil Pengasuh Pondok Pesantren Salafiyah Syafiiyah Sukorejo Asembagus Situbondo Jawa Timur yang juga mantan Wakil Ketua Lembaga Bahtsul Masail PBNU. ”Itu mendhaifkan hadits shahih,” kata Kiai Afifuddin Muhajir, Senin (4/6/2018).
Baca Juga: Selamatan Relawan Khofifah, Jadi Ajang Promosi Wisata
Kiai Afifuddin yang popular sebagai pengarang kitab Fathul Mujibil Qorib, syarah kitab at-Taqrib karya Abu Syuja’ al-Isfahaniitu mempersilakan Gus Fahrur membuka referensi kitab-kitab hadits.
“Itu hadits al-Bukhari. Hadits itu bisa dilihat di: Sulaiman bin Ahmad in Ayyub Abu al-Qasim ath-Thabrani, al-Mu’jam al-Kabir, juz 11, cetakan ke-2, halaman 114,” kata Kiai Afifuddin Muhajir yang kitab karangannya mendapat catatan pengantar pakar fiqh internasional Syaikh Wahbah Suhaili.
Kiai Afifuddin juga mempersilakan Gus Fahrur membuka Nuruddin Ali bin Abu Bakar al-Haitsami, Majma’ az-Zawaid wal-Manba’ al-Fawaid, juz 5 halaman 255.
Baca Juga: Pada Pilgub Mendatang, Kiai Asep Minta Jangan Pilih Khofifah Lagi, Loh Kecewa?
Seperti diberitakan bangsaonline.com, 400 kiai NU yang dikordinasi Kiai Asep Saifuddin Chalim menghukumi wajib ‘ain memilih Khofifah. Para kiai itu selain mendasarkan pada hadits yang termaktub dalam Kitab As-Sunanul Kubro lil-Imam Baihaqi juga merujuk pada kitab Al-Bujairimi alal Khotib jilid 4 halaman 318 yang artinya: Barangsiapa memilih seorang pemimpin, sedang rakyat yang dipimpin adalah orang-orang muslim, dan dia tahu bahwa ada calon pemimpin lain yang lebih baik dari orang yang ia pilih, maka sungguh ia telah berkhianat kepada Allah, Rasul-Nya dan kepada orang-orang mukmin.”
Fatwa 400 kiai NU yang dilahirkan dalam halaqah di Aula Keluarga Kiai Asep Saifuddin Chalim Pacet Mojokerto itu dihadiri para kiai berpengaruh terutama mursyid thariqah, rais syuriah, dan mustasyar NU, serta para pengasuh pondok pesantren. Di antaranya KH Nuruddin, Mursyid Thoriqoh Naqsabandi Kholidiyah Pondok Pesantren Al-Falah Pondok Waluh Kencong Jember, KH Marzuqi Amanu, Mursyid Thoriqoh Qodiriyah wan Naqsabandiyah, dan Pengasuh Pondok Pesantren Al-Amien 2 Puger, KH Ahmad Laiq, Pengasuh Pondok Pesantren Darussalam Rejo Umbul Sari Jember.
Dari Banyuwangi, selain Rais Syuriah PCNU Kiai Hisyam Syafaat, juga tampak KH Yusuf Nur Iskandar, KH Suyuthi Toha, KH Abd Hamid, KH Muslih Anwar.
Begitu juga dari Problolinggo selain Rais Syuriah PCNU Kiai Jamaluddin juga tampak hadir, Ketua PCNU Probolinggo KH Abdul Hadi, KH Wasik Hannan, KH Idrus Ali dan lainnya. Dari Lumajang tampak KH Ahmad Dahlan, KH Astawi Hanif, KH Abdul Hamid, KH Sholihin, KH Muh Dahlan dan kiai lainnya.
Sedang para bu Nyai yang hadir, di antaranya, Nyai Hajjah Mahfudzoh, putri pendiri NU KH Abdul Wahab Hasbullah, Nyai Alif Fadlihah, istri Dr KH Asep Saifuddin Chalim, Nyai Mutammimah Hasyim Muzadi, PC Muslimat Malang, Nyai Masruroh Wahid, Ketua PW Muslimat NU Jatim dan para bu nyai lainnya. (tim)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News