Mengintip Komunitas Hindu Asal Madura di Dusun Bongso Wetan Gresik (1)

Mengintip Komunitas Hindu Asal Madura di Dusun Bongso Wetan Gresik (1) Ki Wongso bersama istri saat mengikuti pawai Ogoh-Ogoh dari komunitas umat Hindu keturunan Madura. Foto: Ist

GRESIK, BANGSAONLINE.com - Komunitas umat Hindu di Dusun Bongso Wetan, Desa Pengalangan, Kecamatan Menganti, menarik perhatian publik lantaran mereka bukan keturunan asli dari Kota Pudak.

Benarkah mereka berasal dari Madura? Madura mana? Simak tulisan bersambung M. Syuhud Almanfaluty, wartawan BANGSAONLINE.com di Gresik di bawah ini. Selamat menikmati: 

Konon, komunitas umat Hindu di wilayah tersebut sudah ada sejak 1900-an silam. Mereka berasal dari nenek moyang yang merantau dari Madura.

"Kalau persisnya tahun berapa nenek moyang umat Hindu keturunan Madura tinggal di Bongso Wetan belum kami ketahui secara persis. Tapi sudah puluhan tahun silam, sejak tahun 1900-an," kata Wongso Negoro, sesepuh umat Hindu Bongso Wetan kepada BANGSAONLINE.com, Selasa (8/4/2025).

Menurut dia, komunitas Hindu di Desa Bongso Wetan saat ini berjumlah sekitar 700 orang. Mereka adalah keturunan dari daerah Sepuluh, kawasan utara Bangkalan, Madura.

"Komunitas umat Hindu asal Madura ini melakukan ibadah dan ritual keagamaan di Pura Kertabumi," ujarnya.

Ia lantas menjelaskan asal muasal komunitas umat Hindu di Dusun Bongso Wetan, yang mana merupakan keturunan dari Mbah Sara dan Mbah Sari dari Bangkalan yang merantau ke Gresik puluhan tahun silam.

Keduanya lalu membuat tempat tinggal di Dusun Bongso Wetan, dan bercocok tanam di dusun yang berbatasan dengan Surabaya, dengan menganut agama Hindu, kepercayaan lokal waktu itu.

"Mbah Sara dan Mbah Sari ini akhirnya memiliki keturunan, anak dan cucu, cicit hingga sekarang yang jumlahnya ratusan orang yang tinggal di satu dusun. Saat ini di Dusun Bongso Wetan ada sekitar 700-san keturunan Madura yang memeluk agama Hindu," urai Ki Wongso sapaan akrab Wongso Negoro.

Pura Kertabumi di Dusun Bongso Wetan tempat komunitas Hindu keturunan Madura beribadah. Foto: ist.

Seperti bahasa asal, mereka pun setiap hari berkomunikasi dengan bahasa Madura. Mereka hidup rukun dan berdampingan dengan warga yang menganut agama lain, seperti Islam.

Mereka hidup saling menghormati satu sama lain, antarpemeluk agama dan saling toleransi, terlebih di saat-saat Peringatan Hari Besar (PHB) keagamaan masing-masing.

"Saya sendiri kalau di kampung (di rumah) juga sering berkomunikasi dengan Bahasa Madura. Komunitas kami sangat rukun dengan komunitas agama lain seperti komunitas umat agama Islam di dusun kami. Kami menjunjung tinggi toleransi," ucap Ki Wongso.

Disebutkan olehnya, di antara bentuk toleransi yang dilakukan umat Hindu keturunan Madura di Dusun Bongso Wetan yakni menghormati kegiatan yang dilakukan umat Islam, saat menjalankan ibadah puasa Ramadhan dan Hari Raya Idul Fitri 1446 H tahun ini.

"Kami hormati mereka, kami tidak mengganggu dan mengusik kegiatan meraka. Kami sangat jaga toleransi dan kerukunan," katanya.

Ketua Komisi II DPRD Gresik ini menyampaikan, komunitas umat Hindu keturunan Madura setiap PHB keagamaan juga melakukan ritual sesuai kepercayaan yang dianut, seperti ritual menyambut Hari Raya Nyepi 1947 Saka di Pura Kerta Bumi, Desa Pengalangan, yang jatuh pada 28 Maret lalu. 

Bersambung

(hud/mar)