Kata dia, sebenarnya pihak pesantren berkeinginan memproduksi lebih banyak lagi masker untuk dibagikan gratis kepada warga secara umum. Namun, hal itu terkendala dengan banyaknya santri peserta BLK yang terpaksa pulang karena wabah Corona.
"Keinginan saya ingin membuat masker sebanyak-banyaknya untuk warga di luar pesantren. Tetapi, saya lihat anak-anak dulu, mereka yang tergabung dalam kelas menjahit pulang atau tidak. Kami ingin pesantren bisa bersumbangsih membantu pencegahan Corona," bebernya.
Sementara itu, Dewi Masitoh, salah satu santriwati yang yang ikut terlibat dalam pembuatan masker, mengaku baru pertama kali ini menjahit untuk produksi masker. Menurutnya, proses membuat masker cukup mudah.
Masker yang dibuat berbahan kain jenis wolly crepe. Satu masker bisa selesai hanya 5 menit saja.
"Justru yang butuh waktu lama adalah proses pemotongan kain. Kami lembur malam sampai dini hari untuk menyelesaikan ratusan masker," ceritanya. (wan/rev)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News